Search

Masih Suka Shalat Terus Maksiat Jalan? Baca Ini!

Malam ini gue mau jawab lagi pertanyaan dari akun ask.fm gue. Sorry ya pake "gue" soalnya biar nggak timpang di akhir, wkwk. Btw, menurut gue sih ini penting. Dan, sebagai catatan untuk diri gue sendiri juga.

Question:
"bagaimana tanggapan kamu tentang banyaknya cewe berjilbab namun sebenarnya masih suka mesum sama pacarnya?"

My Answer:
Gue jadi ingat dosen fiqih, Ibu Ummi. Beliau itu bergelar profesor di bidang fiqih. Perempuan lagi. Masya Allah. Kece abis!

Waktu itu kami lagi bahas thaharah (bersuci). Thaharah ini kunci syarat sahnya shalat. Jadi nggak bisa asal-asalan. Pantes banget pernah ada hadis begini.

Dari Abu Hurairah, ia berkata, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, “Bersihkanlah diri dari pipis. Karena kebanyakan siksa kubur berasal dari bekas pipis tersebut.” Diriwayatkan oleh Ad Daruquthni.

Diriwayatkan pula oleh Al Hakim, “Kebanyakan siksa kubur gara-gara (bekas) pipis.” Sanad hadits ini shahih.

Intinya, siksa kubur kebanyakan berasal dari bekas pipis. Kenapa disiksa? Ya karena kalau dia mau shalat terus dalam keadaan belum suci, ya nggak sah dong shalatnya. Sedangkan shalat itu wajib, tiang agama. Kudu-mesti-harus dilakuin walaupun kita dalam keadaan sekarat. Selama hayat masih dikandung badan, shalat tetap wajib bagi seorang muslim.

Terus, Allah bilang di Alquran, shalat itu mencegah dari perbuatan keji dan munkar. Itu jaminan dari Allah, lho. Masih ada keraguan dari perkataan Allah di hati kita?

Oh ya, untuk masalah wudhu. Gue pernah lihat langsung orang yang wudhu-nya masih asal-asalan. Ada yang nggak membasuh air sampai ke siku karena ribet gulung lengan bajunya yang panjang (terutama cewek), dan ada yang ngusap wajahnya sekedarnya gitu karena takut make up-nya luntur (cewek lagi). Heloow, guys! Ini mau ketemu Allah, lho. Masa lebih mentingin penampilan di depan makhluk sih dibanding Pencipta kita?

Oke, back to the question. Kenapa banyak cewek berjilbab namun sebenarnya masih suka mesum sama pacarnya?
Jawabannya simpel. Periksa thaharahnya, terutama wudhu sebelum shalat, dan shalat itu sendiri. Kalau shalat kita sudah benar (sesuai syarat yang Allah mau) insya Allah itu udah cukup untuk mencegah kita dari perbuatan keji dan munkar. Nggak akan mau deh diajak mesum sama pacar. Hm, mungkin nggak akan mau pacaran juga kali ya.

Btw, tentang pacaran. Orang yang nggak pacaran dengan alasan agama sih biasanya bilang, kalau pacaran itu zina. Zina mata, zina telinga, zina hati, dll. Zina lah pokoknya. Terus, ada orang yang pacaran berargumen, "Emang orang yang nggak pacaran nggak bakalan zina apa? Nggak suka cuci mata ngeliatin foto doi (zina mata)? Nggak suka mikirin doi (zina hati)? Nggak suka telponan sama doi (zina telinga)? Suka, kan? Udahlah nggak usah sok suci. Hahaha.

Begitu. Gue pernah baca statement kayak gitu, wkwkwk. Dan, gue udah punya jawaban yang super nonjok dari Aufar, dia anak TI UI. Gue langsung copas aja ya jawabannya di sini.

Makanya menurut gue kalo lo sayang dan lo suka, gausah pacaran. Lo sahabatan atau deketlah apalah, tapi jangan statusnya pacaran. Why? karena status tuh ngaruh di psikologis lo. Kalo status lo berdua pacaran, believe me lo kalo mau rangkulan pelukan dkk dst rada ga takut "ah kan pacaran ini wajar." tapi kalo lo gaada status, sedeket2nya lo paling verbal/lisan doang kan ngobrol, lo mau zina fisik pasti segan atau malu krn lo gaada status. Islam gak ngelarang orang saling mencintai. Sebenernya Taaruf itu de facto nya sama aja, cuma bedanya beneran diniatin buat nikah, minta izin buat ngedeketin sama keluarganya, dan lo gak berduaan sama dia.

Dan lagi menurut pendapat gue, kenapa sih lo masih muda aja seolah2 hidup lo urusanya cinta doang? kayak hidup lo sia2 bgt dihabiskan buat urusan cinta doang? dunia tuh luas, amazing, cari pengalaman sana-sini. Daripada lo sia2in tenaga dan waktu lo buat hal yang emosi anak muda aja belom bisa handle, mending lo kembangin diri lo sebagus2nya. Ntar kl udah gede tinggal deketin nikah deh simple kan.Orang seumuran kita darahnya masih panas menggebu2, termasuk gue. There is a thin line between love and lust, dan unfortunately kita masih belom cukup dewasa untuk ngebedain itu

Jleb abis. Itulah. Pacaran ngaruh ke psikologis kita sebagai remaja. So, nggak usah pacaran! Tenang, jodoh nggak akan ke mana kok. Semoga kata-kata penutup ini bikin hati tenang.


Ya Allah, bimbing kami untuk selalu memperbaiki shalat kami, agar Kau jaga kami dari perbuatan keji. Aamiin.

Salam hangat,
Bekasi, 30 Desember 2017
00:30

Dinda Aulia Putri
#15

Lang, Udah Makan?

Kali ini gue mau nulis untuk menjawab salah satu pertanyaan di akun ask.fm gue.

Question:
"Kamu punya lelucon favorit? Coba ceritakan!"

My Answer:
Gue mau cerita tentang Gilang, adek gue tertjintah. Dia orangnya kocak, tapi ngeselin.

Gilang suka ribut-ribut luchu gitu sama nenek aing. Suatu ketika si nenek manggil Gilang kan, "Lang, udah makan?"
"Ini lagi makan," jawab Gilang dari arah kamar. Dia makan di kamar, btw. Susah dibilangin buat nggak usah makan di kamar.
"Makan apa?" tanya Nenek lagi.
"Makan ayam."
"Hah? Makan apa?" Nenek gue pendengarannya memang udah kurang, kan. Maklum udah tua juga.
"AYAM," teriak Gilang agak keras.
"Apaan?"
"Yam-a-yam-a-yam-a-yam-a-yam-a-yam-a-yam..." begitu terus dia ngomong sampai tidak ada suara lagi dari arah si nenek.

Tapi terdengar samar suara langkah kaki.

Nenek gue ngebuka pintu kamar.
"Makan apa?" tanya Nenek lagi sambil ngeliat ke arah Gilang.
Habis kesabaran. Gilang jawab, "KUKUURUYUUUK.... KUKURUYUUK... PETOK PETOK PETOK!!!" gayanya sambil matok-matok gitu, haha.

Nenek gue masang tampang bingung. Kocak banget asli.
"Apaa? Kukuruyuk?"
Memutar bola mata kesal Gilang jawab, "Iyang makan ayaaaam! Ayam kan bunyinya kukuruyuk."
"Oh, ayam toh."
Lalu nenek gue pun berlalu pergi.

HAHAHAHAHA.

Ngakak banget ini😂. Waktu diceritain Gilang juga. Cara dia cerita lucu banget, ya Allah. Nggak bosen dah di rumah kalau ada dia. I love my lil brother to the moon and back.

Udah, gue mau cerita itu aja. Bye.

Bekasi, 29 Desember 2017
22:39

Dinda Aulia Putri
#14

I Love Me So Much


Tadi di perjalanan dari kosan menuju rumah, aku naik motor dibonceng kakakku. Ada hal menarik saat di lampu merah. Tbh, ini biasa aja sih sebenarnya tapi aku suka membahas hal yang biasa aja ini menjadi sebuah tulisan yang semoga bisa direnungkan, hehehe.

Di lampu merah, tepat di depan kami ada dua pemuda mengendarai motor. Keduanya sama-sama menggunakan motor vespa. Mereka baru saling kenal saat itu, di lampu merah. Hal menariknya, keduanya terlihat langsung akrab. Pembicaraan keduanya terlihat mengalir tanpa beban. Berisik sekali mereka, hehe. Tapi aku suka.

Dari situ aku belajar, kita ini secara natural akan selalu mendekat ke orang-orang yang memiliki kesamaan dengan kita. Entah itu dari kesamaan hobi, prinsip hidup, cita-cita, bahkan nasib buruk. Eits, nasib buruk itu bisa saling mendekatkan manusia, lho. Buktinya, karena merasa senasib seperjuangan akhirnya bangsa Indonesia mau sama-sama memperjuangkan kemerdekaan. Iya, kan?

Nah, dua pemuda itu sama-sama pecinta vespa (mungkin, menurut asumsiku). Vespa menyatukan mereka. Lucu ya, yang kita sukai dari diri orang lain itu ya sebenarnya diri kita sendiri. Kalau bahasanya Ust. Salim mah begini, "Pada dasarnya, tiap-tiap jiwa hanya takjub pada dirinya."

Ah, sama juga ketika kita jatuh cinta. Kita sebenarnya tidak cinta pada seseorang itu, kita hanya cinta pada diri kita yang tercermin dari dirinya. Kita hanya mencintai diri kita sendiri. Atau, kita mencintai harapan tentang diri kita yang terpantul pada diri orang tersebut. Misalkan, kamu punya cita-cita jadi penghafal Quran, pasti secara sadar ataupun nggak sadar kamu bakalan suka sama orang yang udah hafal Quran itu. As simple as that.

Simpelnya begini
Ukhti-ukhti pasti sukanya sama ikhwan macem akhi-akhi gitu, kan?
Orang yang cerdas pasti sukanya sama orang cerdas juga. Alasannya biar bisa nyambung kalau diskusi. Iya, kan?
Anak-anak gaul biasanya naksir anak gaul juga?
Orang yang pemikirannya dewasa seringnya (bukan berarti nggak mungkin) bakalan suka sama yang berpikiran dewasa juga. Benar begitu?

Yaah contoh-contoh di atas sebenarnya relatif sih. Soalnya tipe pasangan tiap orang itu nggak bisa disamaratakan. Akan selalu ada aja orang-orang yang suka "menabrak" standar yang udah diciptakan masyarakat.

Bagi yang udah punya pasangan (bagi jomblo harap bersabar :p), coba deh kamu lihat, sebenarnya kamu suka doi itu karena apa, sih? Benar nggak karena diri dia itu mirip kamu? Komentar ya di bawah buat sharing-sharing😊

Pada akhirnya, aku percaya sih, jodoh itu benar-benar cerminan diri. Cermin. Kita seperti melihat diri kita sendiri pada diri pasangan kita (kelak). Terpantul sempurna. Meski tidak sama persis. Karena sejatinya kita hadir untuk saling melengkapi.

Maafkan aku yang kalau ngebahas sesuatu suka ngelantur. Dari dua pemuda vespa sampai jodoh, ya? Hehehe.

Oke, cukup sekian. Mohon maaf kalau tulisanku terkesan maksa. Ini cuma pendapat. So, take it easy 👌

Di kamar tercinta
Bekasi, 27 Desember 2017
17:57

Dinda Aulia Putri

Pict: Pinterest
#13

Israel, Stanford, dan Tidurnya Umat Muslim?


Pada Maret 2016, aku pernah mengupload foto di salah satu instagram fake account milikku. Ya, aku bikin fake account itu karena aku mau kenal sama banyak orang tanpa orang itu tahu identitas aku. Rasanya seru aja, hehe.

Nah, pernah suatu ketika ada orang luar yang komentar di foto aku. Aku nggak jawab komentarnya, tapi langsung ngecek akun orang itu. Di postingan terakhirnya dia ngupload foto waktu di Tel Aviv. Hm, karena aku kepo dengan yang berbau wahyudi-wahyudi gitu, jadinya aku stalk terus. Naluri kayaknya hahaha.

Ada beberapa foto yang dia upload waktu di Israel. Dia jarang upload foto dirinya. Tapi, ada tiga deh kalau nggak salah foto dia tuh. Lumayan ganteng lagi. Sue emang wkwk. Tebakan aku sih dilihat dari wajah dan postur tubuhnya, dia campuran Israel-Eropa. Bisa bayangin gantengnya nggak? Lol.

Btw, yang bikin aku sedih, ternyata doi pinter. Pinter. Banget. Dia suka upload karyanya. Misal, rancangan bangunan gitu, tapi bukan bangunan biasa. Itu bangunan mirip benteng. Selain arsitektur mirip benteng, ada juga rancangan senjata gitu. Keren deh. Bukan cuma asal gambar, tapi kayak ada pengukurannya gitu. Terus, ada juga rancangan mobil-mobil perang tapi lebih mirip tank gitu. Aku sih banyanginnya kayak yang di GTA.

Setelah agak jauh stalking, aku baru tahu kalau doi kuliah di Stanford University. Setelah tahu ini, salah nggak kalau aku bilang doi pinter?

Di titik itu aku bingung. Rasa kesal dan sedih jadi satu. Aku jadi ingat foto anak-anak Palestina yang kepalanya ditodong pakai senjata api😭. Jangan-jangan, orang yang lagi aku stalk itu termasuk orang yang berkontribusi atau yang nantinya akan berkontribusi atas perang Israel-Palestina.

Dia yang bisa jadi nanti membuat senjata api, ikut ngerancang bangunan bentengnya, dan bikin tank-tank yang suka melindas muslim Palestina. Ya Allah, sedih nggak kebayang😭.

Otakku langsung menuju ayat ini. Surah Ad-Dukhan ayat 32.

وَلَقَدِ اخْتَرْنَاهُمْ عَلَىٰ عِلْمٍ عَلَى الْعَالَمِينَ

"Dan sungguh, Kami pilih mereka (Bani Israil) dengan ilmu (Kami) di atas semua bangsa (pada masa itu)."

Ayat di atas udah gamblang banget bilang ke kita kalau Bani Israil itu dilebihkan dalam segi ilmu. Tapi, di terjemahan DEPAG, ada tanda kurung (pada masa itu). Lalu kenapa kok rasanya mereka (Yahudi) itu masih menguasai semua lini kehidupan sampai saat ini? Apakah muslim sudah tidur terlalu lama? Mimpi yang terlalu panjang?

Di Alquran juga pernah ada ayat kan, kalau orang-orang kafir yang bangkit dari kuburnya menuju pengadilan Hari Kiamat itu menganggap di kubur mereka cuma "mimpi". Ya, mungkin di dunia ini kita cuma mimpi. Dikagetin, kebangun, terus tahu-tahu udah kiamat.

Jika mimpi itu diibaratkan dongeng, aku jadi berpikir, betapa banyak manusia yang berbuat terlalu jauh hanya untuk sebuah dongeng. Memfitnah, membunuh, mencuri, ya intinya menghalalkan segala cara untuk mencapai tujuannya. Itu semua dilakukan demi dunia yang 'katanya' sementara ini. Terserah kita mau hidup sepuluh, seratus, bahkan seribu tahun pun, itu semua tetap sementara. Karena nggak ada definisi yang pasti tentang makna selamanya itu. Hanya Allah yang tahu. Hanya Tuhan.

Banyak manusia takut mati. Hm, sekarang udah ada kan teknologi yang bisa menghidupkan orang yang udah mati. Serem sih. Asli. Seakan manusia lagi berusaha melawan kehendak Tuhan atau justru ingin menjadi Tuhan atas dirinya sendiri? Entahlah.

Tapi, seberapa lama pun mereka bisa memperpanjang waktu hidup mereka, tetap aja itu cuma sementara.

"Telah semakin dekat kepada manusia perhitungan amal mereka, sedang mereka dalam keadaan lalai (dengan dunia), berpaling (dari akhirat)." (QS. Al-Anbiya': 1)

Sebenarnya jika kita mau memaknai hidup dan kehidupan, segalanya terlihat sederhana. Hidup ini ternyata:
"Kita adalah milik Allah dan kepada-Nya kita kembali."


Pamulang, 27 Desember 2017
17:14

Dinda Aulia Putri

Pict: Pinterest
#12

Dakwah adalah Seni


Dakwah itu bukan hanya sekedar menyampaikan, tetapi juga mengajak dan memanggil.
Bukan menjudge, membully, apalagi menyombongkan diri.

Dakwah, tak butuh teriakan itu halal atau haram.
Dakwah, tak butuh menelanjangi ia buruk atau mereka pendosa.
Dakwah, kita harus melihat siapa mereka, mengajak dengan cara mereka, menasihati tanpa menggurui mereka.

Karena sejatinya, dakwah adalah seni menyampaikan nilai-nilai ilahiyah.
.

Itulah kurang lebih sepenggal kalimat yang disampaikan dosen filsafatku, ketika ditanya tentang banyaknya orang Islam yang sangat mudah judging atau bullying saudara-saudaranya.

Aku pernah baca, Rasulullah itu kalau dakwah selalu memakai bahasa kaumnya, agar lebih mudah diterima. Karena bangsa Arab itu punya banyak kabilah yang mana setiap kabilah itu bisa agak berbeda bahasanya. Sama juga kayak kita saat ini, merangkul anak muda itu ya dengan bahasa mereka.

Semalam. Aku baca di Line "perang" antara Kpopers dan seorang pendakwah. Dan, banyak komentar netizen yang tidak pantas, menurut aku.

Yang paling parah aku pernah dengar yang begini,
"Bagus lah, makin sedikit 'orang-orang plastik' di dunia ini."

Ada juga,
"Bunuh diri pasti masuk neraka. Jahannam tempatnya!"
"Ngapain sih ngefans sama orang kafir?! Kan, kita dikumpulin nanti di akhirat sama orang-orang yang kita idolakan."

I see. Aku ngerti. Ada hadisnya juga bagi siapa yang bunuh diri (misalkan dengan terjun dari tempat yang tinggi), maka di akhirat dia akan terjun terus sampai waktu yang dikehendaki Allah. Begitu terus dia disiksa.

Aku juga tahu hadis dari Anas bin Malik, "Seseorang akan dikumpulkan (di akhirat) bersama dengan yang dicintainya...."
Tapi, menurutku, orang ngefans sama seseorang/sesuatu itu nggak berarti dia melupakan agama kok. Ya menurutku nggak masalah asal nggak berlebihan. Diambil yang baiknya dan tinggalin yang buruknya. Sedikit cerita, aku juga pernah ngefans sama orang luar. Dia nasionalismenya bagus banget. Itu justru bikin aku bisa lebih cinta Indonesia. Dia cinta negaranya, aku juga harus cinta negaraku. Dia membuat karya untuk negaranya, aku juga harus mempersembahkan karya untuk negaraku, Indonesia. Pelajaran yang real kayak gini menurut aku bisa lebih ngefek daripada belajar PKn berbab-bab yang ngebosenin tapi nggak membangkitkan rasa cinta tanah air, yang ada muak, hehehe.

Oh ya, pernah dengar juga, kan?
Ada wanita pelacur yang bisa masuk surga karena ia memberi minum anjing yang kehausan.
Ada seseorang yang sudah membunuh 100 orang, tetapi taubatnya diterima Allah.

Sekali lagi, surga dan neraka seseorang itu hak prerogatif Allah. Kita nggak berhak menilai seseorang "Dia ahli neraka!" atau "Dia calon penghuni surga!" hanya dari apa yang kita lihat.

Jangan hanya karena kita sudah merasa beramal dan beribadah, kita lantas memandang orang lain lebih rendah. Demi Allah, Iblis jauh lebih taat daripada kita. Amal ibadah Iblis jauh lebih banyak daripada kita. Iblis (pernah) dimuliakan Allah lebih dari Allah memuliakan kita.

Aku nggak mau nunjukkin banyak dalil, cukup Surah Al-Baqarah ayat 34 ini saja.

وَإِذْ قُلْنَا لِلْمَلَائِكَةِ اسْجُدُوا لِآدَمَ فَسَجَدُوا إِلَّا إِبْلِيسَ أَبَىٰ وَاسْتَكْبَرَ وَكَانَ مِنَ الْكَافِرِينَ

"Dan (ingatlah) ketika Kami berfirman kepada para malaikat, “Sujudlah kamu kepada Adam!” Maka mereka pun sujud kecuali Iblis. Ia menolak dan menyombongkan diri, dan ia termasuk golongan yang kafir."

Allah berfirman kepada para malaikat. Allah panggil sekumpulan itu dengan para malaikat. Dan, di sana ada Iblis. Artinya, Iblis pernah dimuliakan Allah setara  dengan para malaikat. Setara. Bahkan, kalau mau bahas ayat lain, Iblis itu dimasukkan ke geng malaikat utama kayak Jibril, Izrail, Israfil, dkk. Malaikat utama. Karena apa? Iblis hamba yang taat. Sepanjang hidupnya Iblis tidak pernah mendurhakai Allah. Dan, karena itu Iblis merasa sombong. Merasa lebih mulia daripada yang lain. Merasa lebih baik dari Adam yang diciptakan Allah dari tanah sehingga tidak mau bersujud tatkala Allah memerintahkannya bersujud kepada Adam.

"Sungguh, Tuhanmu Mahaluas ampunan-Nya. Dia mengetahui tentang kamu, sejak Dia menjadikan kamu dari tanah lalu ketika kamu masih janin dalam perut ibumu. Maka janganlah kamu menganggap dirimu suci. Dia mengetahui tentang orang yang bertakwa." (QS. An-Najm: 32)

Jadi intinya....

Ya, dakwah adalah seni.

Di luar planet,
Bekasi, 24 Desember 2017
14:38

Dinda Aulia Putri

Pict: dokumen pribadi
#10

Sopir Angkot dan Sabda Sang Nabi


Waktu itu aku masih kelas XII. Sehabis main dari rumah teman, aku bersama seorang temanku pulang saat matahari hampir sempurna tenggelam.

Kami naik angkot. Tanpa sengaja, kami mendengarkan pembicaraan si sopir angkot dengan temannya. Kurang lebih isi pembicaraannya seperti ini.
"Najis amit-amit gua! Tuh cewek cakep juga percuma tapi nggak ada tata kramanya!" seru si sopir angkot, berapi-api.
"Iya, mending sama yang biasa aja gua mah daripada kelakuan begitu!" timpal temannya.

Dalam diam, aku tersentak. Tanpa bermaksud menganggap diri lebih baik dan tidak mengurangi rasa hormatku terhadap sopir angkot sebagai sesama manusia, aku berpikir.
"Sepenting itukah memiliki kepribadian yang baik?"

Cantik sering menjadi tolak ukur seorang perempuan. Terlepas dari berbagai perbedaan pandangan tentang makna "cantik". Aku percaya, cantik itu relatif. Lebih dari itu, sikap yang baik bagi seorang sopir angkot lebih penting daripada wajah yang cantik.

Aku tidak menafikan bahwa hal pertama yang dilihat laki-laki dari perempuan pastilah fisiknya. Ibarat mau beli buku pasti yang dilihat pertama itu cover-nya. Dan, kalimat "don't judge a book by its cover" baru bisa didalami maknanya jika kita berniat mengetahui isi buku itu lebih jauh. Benar begitu kan, para lelaki?

Aku mengerti, pantaslah Sang Nabi pernah bersabda,
"Wanita dinikahi karena empat perkara: karena hartanya, karena martabatnya (keturunan/nasab), karena kecantikannya, dan karena agamanya. Maka hendaklah engkau mendapatkan wanita yang baik agamanya, niscaya engkau akan beruntung." (HR. Bukhari Muslim, dari Abu Hurairah)

Kata Imam Nawawi dalam Syarh Shahih Muslim, "Yang benar tentang makna hadis ini adalah Nabi saw. mengabarkan tentang kenyataan yang biasanya terjadi di masyarakat. Mereka tatkala ingin menikah mencari empat perkara ini, dan biasanya yang menjadi pertimbangan terakhir adalah bobot agama dari wanita tersebut. Lalu beliau saw. menganjurkan hendaknya yang ingin mencari istri, dapatkanlah wanita yang baik agamanya. Bukan menjadi maksud hadis ini, jika Nabi saw. memerintahkan kita untuk mencari empat perkara kesemuanya. Ini adalah kekeliruan pemahaman pada sebagian kalangan kaum muslimin."

Dan, jawaban dari Mubarak, ayah dari Abdullah ibnu Mubarak yang merupakan tabi'in terkemuka, 'alim yang zahid dan mujahid, ketika ditanya sang majikan,
"Dengan siapa sebaiknya kunikahkan putriku satu-satunya itu, hai Mubarak? Bantu aku! Berikan pertimbanganmu!"

Mubarak menjawab santun, "Tuan, kudapati kaum yang menikahkan putrinya dengan pertimbangan nasab semata adalah musyrikin Quraisy. Dan kudapati, menikahkan anak perempuan dengan pertimbangan paras dan rupa di zaman ini, dilakukan sebagian orang-orang Nashrani. Kudapati pula, yang sering menikahkan putri mereka dengan pertimbangan kekayaan ialah sebagian Ahli Kitab dari kalangan Yahudi. Maka bagimu yang merupakan seorang mukmin; yang harus kaupertimbangkan soal calon menantu hanyalah agamanya, imannya, akhlaqnya!"

Jadi, agama dan iman seseorang berbanding lurus dengan akhlaknya. Akhlak, sikap, kepribadian, tata krama, dan sejenisnya. Aku sendiri sudah terlalu sering mendengar berita keretakan bahkan kehancuran rumah tangga disebabkan perangai sang istri. Terlalu sering. Nggak usah ditulis di sini semuanya, nanti jadi panjang, hehehe.

Ya begitulah ceritaku hari ini. Dari percakapan antara sopir angkot dan temannya sampai sabda Sang Nabi tentang perkara memilih calon istri. Semoga nyambung. Semoga bermanfaat.


Di rumah tercinta
Bekasi, 23 Desember 2017 / 5 Rabi'ul Akhir 1439 H
12:17

Dinda Aulia Putri

Pict: Pinterest
#9

Why does Society Suck?

Bingung. Aku bingung banget hari ini mau nulis apa. Ya udah deh, aku nulis tentang "bingung" aja ya.

"Kenapa sih seseorang itu bisa bingung?"

Menurut KBBI, definisi bingung adalah.
bingung:
bi·ngung a 1 hilang akal (tidak tahu yg harus dilakukan): ia -- ketika disuruh menceritakan pengalamannya; 2 tidak tahu arah (mana barat mana timur dsb); tidak tahu jalan: ketika sampai di Pasar Senen, saya menjadi -- dan tidak tahu ke mana jalan ke Gambir; 3 gugup tidak keruan: ketika tersiar berita bahwa musuh mulai menyerang, penduduk menjadi --; 4 bodoh; tolol: yg -- makanan yg cerdik, yg tidur makanan yg jaga; 5 (merasa) kurang jelas (tt sesuatu); kurang mengerti: saya sebenarnya -- , yg mana kakaknya;
-- tak dapat diajar, cerdik tak dapat diikuti, pb berlagak pandai (tidak mau mendengarkan nasihat orang);
Intinya adalah bingung itu bisa: hilang akal (tidak tahu yang harus dilakukan), tidak tahu arah atau jalan, gugup tidak keruan, bodoh, merasa kurang jelas atau mengerti.

Btw, ini KBBI banget, ya? Lol. Oke, Pemirsa yang Budiman, maafkan kebingungan saya ini. Saat ini saya masuk ke definisi bingung yang pertama, saya tidak tahu apa yang harus saya lakukan.

Lalu, kenapa juga orang-orang mesti merasa bingung? Apakah ketika kita melakukan suatu hal itu harus sesuai dengan "standar masyarakat" sehingga tidak dicap aneh? Apakah kita harus selalu memenuhi "harapan sosial" agar bisa diterima? Jujur, aku muak dengan semua itu.

Aku muak dengan orang-orang yang melakukan bodyshaming ke temannya sendiri hanya karena si teman itu tidak memiliki fisik yang bisa dikatakan "good looking" sesuai standar masyarakat.

Katanya, perempuan cantik itu berarti putih, tinggi, mulus, kulit halus bersih tanpa jerawat, bibir kemerahan, senyum manis tak terelakkan. Atau, perempuan cantik itu yang kayak barbie? Aku pribadi nggak terlalu suka barbie sih. Barbie itu agak serem, hehe. Ya itu sih pendapat aku.

Bahkan, dalam banyak kasus, perempuan rela menghalalkan segala cara demi menuai pujian "cantik" dari masyarakat.

Rasanya tuh mau ngomong begini di depan cewek-cewek itu.


Sebenarnya, di dunia ini seakan ada standar tak kasatmata di masyarakat. Barangkali itu adat, nilai, normal, dsb. Terus, siapa yang sudah menetapkan standar tak kasatmata itu? Lantas, kenapa orang-orang kayaknya ribet banget agar apa yang mereka lakukan sesuai dengan standar tak kasatmata –yang entah siapa yang membuatnya– ini?

Jadi, apa yang benar-benar bisa kita jadikan "pegangan" saat bingung dalam menentukan banyak hal dalam hidup? Society, dan setan-setannya? Atau, apa?

Aku tahu kita memang makhluk sosial dan bagaimana kita menjalani hidup tergantung dari dunia sosial di mana kita berada. Itu berarti kita tidak bisa terlepas dari budaya, adat, nilai, dan norma yang ada di masyarakat tersebut. Dan, yang aku tidak suka adalah, ketika ada orang diberikan fisik yang menurutnya "biasa aja", terus dia nyalah-nyalahin Tuhan karena diciptakan seperti itu? Terus, orang-orang sekitarnya makin bikin dia berpikir bahwa hidup itu nggak adil dengan melakukan bodyshaming padanya.

Di sini aku makin ngerti, kenapa dari definisi bingung bisa sampai ke pembahasan tentang standar masyarakat ini?

Ya, begitulah. Orang-orang sering merasa bingung, apakah sesuatu yang dilakukannya sudah sesuai dengan standar masyarakat atau belum? Tbh, tidak ada yang salah ketika kamu punya standar yang tidak sama dengan standar masyarakat. Sama juga ketika masyarakat tidak harus punya standar yang sama dengan yang kamu punya.

Semuanya tentang pilihan.

Ini hidupmu. Kamu yang menjalaninya. Kamu yang nanti bertanggung jawab atas hidupmu. Kamu juga bertanggung jawab atas perilakumu terhadap sesamamu. Jadi, hormatilah perbedaan pandangan yang ada jika apa yang kamu pandang tidak sama dengan cara orang lain memandang. Sebab, menghormati tidak sama dengan menyetujui. Kamu menghormati bukan berarti kamu setuju.

Dan, Untuk Para Wanita... Percayalah, kamu sudah diciptakan cantik. Cantik versi Tuhan untukmu. Kamu itu mahakarya Tuhan yang paling indah untuk orang-orang yang menyayangimu. Bukankah Tuhan sudah mengatakan bahwa Dia menciptakan manusia dengan sebaik-baik keadaan? Apa yang kamu (bahkan seluruh manusia) pandang baik untukmu belum tentu itu benar-benar yang terbaik, kan? Dan sebaliknya, apa yang kamu (bahkan seluruh manusia) pandang buruk untukmu belum tentu itu benar-benar buruk, kan?

Semuanya hanya tentang bagaimana persepsimu, bagaimana kamu memandang.

Selamat menemukan kebahagiaan versi dirimu sendiri!

Salam hangat.

Pamulang, 20 Desember 2017
17:38

Dinda Aulia Putri

Pict: Pinterest
#6

Antara Jonghyun, GTA, dan Depresi


Berita kematian salah satu artis korea pada 18 Desember 2017 kemarin mungkin "menggemparkan" para kpopers. Dan, aku bukan kpopers ataupun pecinta drama korea. Aku nggak suka tapi nggak benci juga. Biasa aja. Tapi, aku mau bahas sisi lain si Jonghyun kenapa bisa sampai memutuskan mengakhiri hidupnya. Banyak yang bilang karena dia depresi. Pertanyaan muncul di benakku, mungkinkah Jonghyun menderita anxiety disorder? Ah, maaf buat kpopers, ini cuma dugaanku.

Dia, di tengah popularitasnya dan kekayaannya dia merasa tidak bahagia. Dia merasa depresi. Dan, akhirnya memutuskan untuk bunuh diri.

Hal itu juga mengingatkanku waktu dulu aku masih suka main game bareng adik atau kakakku. Dulu tuh suka banget main GTA San Andreas di PS2. Itu game udah tamat berkali-kali, masiiiih aja dimainin, hehe. Terus juga kan player-nya si CJ udah kaya, rumah di mana-mana, wilayah kekuasan seluruh San Andreas, orang-orang pada takut (bahkan, polisi juga takut karena di-cheat, hehe), dan mau pacar tinggal klaksonin mobil mewah, ykwim. Yang aku lakukan saat itu sih biasanya emang bunuh diri. Entah terjun dari gedung tertinggi atau dari pesawat yang lagi mengudara, hehehe. Karena itu game kan, jadi ya pasti hidup lagi. Nyawanya lebih banyak daripada nyawa kucing yang katanya sampai ada sembilan, hehe. Lalu, setelah itu mau apa lagi?

Pada saat itulah, jiwa akan mencapai titik bosan. Saat itu biasanya jiwa jadi kosong. Merasa sendiri di tengah keramaian. Merasa sedih padahal mungkin everyone thinks he's the happiest one. Dengan segala prestasi dan ketenaran yang katanya jadi impian banyak orang. Dengan segala kekuasaan yang katanya berarti kehebatan. Tapi, hei, untuk hal seperti itukah kita hidup?

Dari situlah aku belajar. Jiwa manusia itu tidak pernah puas dengan sesuatu, mungkin karena itulah diciptakan surga dan neraka. Karena dunia ini tidak akan pernah membuat manusia merasa puas. Ketika manusia disuruh ini-itu pun sama Tuhannya, Tuhan masih harus menjanjikan pahala atasnya? Benar, kan? Apa aku salah mengatakan ini?

Di sisi lain aku mau bahas tentang depresi. Dulu pernah ada yang bikin tulisan tentang anxiety disorder. Dia menceritakan kisah temannya (di Line) dan dirinya sendiri (di Blog). Aku bingung bagaimana menjelaskannya jadi lebih baik aku copy-paste di sini aja ya.

Tulisan ini dibuat oleh Shafa di Line :

***starts here***

Teman saya baru aja mencoba bunuh diri. Mungkin alasannya terdengar sepele, karena omongan kecil yang ada di sekitarnya, dan masalah keluarganya. Saya sangat prihatin, ketika saya dengar dia ternyata mengalami anxiety disorder dan depresi karena hal itu. 

Sebab, saya sebagai teman dekat di kehidupannya sehari-hari, sama sekali tidak menyadari dia sedang sedih, terkena masalah, atau semacamnya. I mean, she seems great everyday, bahkan dia sering membuat saya dan teman teman tertawa.

Dibalik itu? dibalik senyum yang dia tunjukkan setiap harinya, ternyata dia menyimpan sesuatu yang tidak pernah diungkapkan. 
Saya baru tau, setiap malam dia selalu mikir bagaimana cara untuk melarikan diri atau bagaimana kalau dia mengakhiri hidupnya. Dan itu yang membuat dia akhir-akhir ini kurang konsentrasi di sekolah.

Baru saja, salah satu teman saya menangis dihadapan saya dan bilang,
"Shaf, dia sebenernya udah cerita ke gue kl dia gitu, tapi respon gue malah 'ah jangan sok sok-an cutting lah, kayak orang gapunya agama aja, sinetron bat deh lo, udah jalanin aja, pasti ada jalan keluarnya.'"

But that's it, every single thing we say, matters.

Mungkin memang caranya salah, tapi saya sendiri, jujur, yang pernah mikir ke arah situ, ngerti. Mereka butuh orang untuk diajak bicara, mereka butuh dukungan orang-orang sekitar. Jangan justru dijatuhkan.

Tolong, just be there for your friends, karena bisa aja orang orang di sekitar kita justru butuh teman atau orang untuk bisa diajak bicara. 
Mereka sebenernya takut, takut tentang omongan orang yang pasti bakalan nyakitin. belum cerita aja udah dikomentar yang gaenak, apalagi udah cerita? mau dibilang apa? lemah, cengeng, atau drama?

Who knows?

Dan sekali lagi, tolong, pikirkan dahulu sebelum berkata-kata, mungkin maksudnya tidak menyakiti hati, tapi bagaimana kalau yang terjadi sebaliknya? Jangan terlalu banyak berkomentar, tapi tidak tau apa yang akan terjadi selanjutnya.

Hidup orang beda-beda, kita gak bisa samain gitu aja dengan apa yang kita jalanin setiap harinya. Masalah orang beda-beda, apa salahnya sih, membantu orang? setidaknya mendengarkan?

Contoh dari hal-hal kecil, omongan kecil, seperti:
"Eh lo gendutan ya"
"Ah gausah nangis, cengeng banget lu"
"Kok aneh sih?"
"Kok jerawat lo jadi banyak gitu sih?"
"Eh, pr lo knp sih belom kelar kelar? males banget dah jadi anak"

Kita sendiri gatau kan, dibalik itu, bisa saja dia pikirin terus sampai rumah? Atau dia punya masalah lain, dan kalian justru nambah beban dengan kata kata kayak gitu?

"ah, baperan kali orangnya."

Orang berbeda beda, jangan mengambil kesimpulan terlalu cepat. Think twice.

Renungkan.

"How important every little thing you say to someone really is. And perhaps, it could save a life." -(13rw)

You never know how what you do will affect someone else.

Dan untuk kalian yang ngerasa kayak gitu, i really want you to know that you're not alone. Cerita. Jangan diem aja. Cari orang yg menurut kamu pas untuk diajak bicara. All the love for you all :)x

***ends here***

Dan satu lagi ditulis oleh Yosefinika Sinaga di blognya. Kalau yang ini aku copas-nya random.

****starts here***

Apa yang aku lihat didepan mata, suara-suara seperti apa yang aku dengar, juga semua yang aku rasakan, semuanya berasal dari pikiran. That is not dramatic, that is real.

Kalian tau seberapa mengganggunya pikiran yang ada? Hal seperti itu terjadi gitu aja. Orang lain gak akan ngerti. Banyak yang lebih memilih diam dibanding harus cerita. Karna mau cerita pun diri sendiri bingung nyampeinnya gimana. Orang lain yang gak merasakan seakan-akan belum siap buat buka telinga. Karna bisa jadi respon mereka seperti ini:

“ah ribet lo” // “drama banget sih hidup lo” // “emang lo doing yang punya masalah?!” // “baperan banget sih lo” // “mikirin amat” // “jangan dibikin susah lah” // “bermasalah mulu hidup lo” // “gausah over-acting lah” // “ah lo kayak gak tau aja dia gimana” // “sabar aja” // “makanya sering2 sholat, gereja, ibadah”

Teman-teman, yang mereka butuhkan adalah kesiapan telinga untuk mendengar. Itu saja membantu. Support? Lebih membantu. Respon diatas tidak membantu sama sekali, bahkan bisa menjatuhkan mereka lebih dalam lagi. Semakin dalam dari yang kalian bayangkan. Hingga akhirnya mereka hanya bisa berusaha menyelamatkan diri mereka sendiri. Guys, stop giving negative responses. Think twice before you judge their thought.

Kalau kalian tidak memiliki keberanian untuk memuji hasil seseorang, setidaknya jangan buat mereka selalu merasa kurang.

I know how hurts it is when you have no one to share and you just keep all your problem alone. I know how depressing it is when you can’t sleep at night feeling so empty yet overthiking about anything. Rasa takut, feel lonely, bingung, regrets everything, nyalahin diri sendiri disaat itu isn’t your fault, kangen sama banyak orang terdekat seperti halnya you are really losing them, suka nangis tiba-tiba tanpa alasan (just like feeling down), gak punya kepercayaan diri, terlalu merasa cemas akan apa yang terjadi, terus merasa bersalah sama apa yang belum terjadi, selalu takut mengecewakan perasaan orang lain, dan tidak nyaman dikelilingi orang-orang baru. Pikiran yang terlalu complicated seringkali akan berakhir seperti ini:

“kalaupun gue menghilang gak akan merubah apa-apa, jadi buat apa gue tetep ada” // “gue jadi gila kayaknya bakal lebih asik buat gak mikirin apa-apa” // “ngecewain orang lain nyiksa diri sendiri mending gue mati aja jadi orang lain gak akan sakit hati karna gue terus”

Tbh, beberapa pikiran diatas bener-bener pernah terlintas dibenak.

Mental kita semua beda-beda. Gak semua orang bisa disama-ratakan. Punya batasan untuk diri sendiri bukan berarti ngelupain hal kalau gak semua orang bisa sama kayak kita.
Mereka yang punya mental disorder.
Mereka yang punya mental pemikir.
Mereka yang terlalu sensitive.
Mereka yang mentalnya kuat.
Mereka yang mentalnya pesimis.
Atau mereka yang mentalnya ambisius.
We are all mentally different guys.

Memahami orang lain sama sekali gak ngerugiin. Seenggaknya, setiap dari kita gak buat orang lain selalu ngerasa kurang.

Coba lebih peduli sama sekitar, terutama orang-orang terdekat kita. Jangan hanya pahamin apa yang kelihatan, belajar buat ngerti apa yang secara gak sadar kita gak lihat.

“the people with the brightest smiles and loudest laughs are the one who hurt the most, and no one ever notice” – unknown

Can you help as much as you can to save their lives?

Siapapun yang pernah atau sedang merasakannya, listen to me. All survivors of our own problems. We are all have a reasons why we are here. Go find your happiness.

***ends here***

So, aku nggak maksa kalian buat sharing ke aku. Tapi, kalau kalian butuh teman cerita, aku siap jadi pendengar😊. Kontak aku aja via comment atau email ya! Hopefully you're all guys find your happiness. Because you're amazing, you're needed, you're loved. Please remember that.

Pamulang, 19 Desember 2017
15:55

Dinda Aulia Putri

Flashback Paling Indah


"Menurut lu, kalau ada orang yang pernah hafal Quran terus dia lupa, kira-kira dia mau ngafal ngulang nggak?" tanya Abangku memulai percakapan tadi pagi. Kami memang ngobrol menggunakan "gua-lu", hehe. Maklumi ya, Pemirsa.

"Mau dong," ujarku singkat.

"Itulah bedanya. Gua main COC, level udah tinggi terus tiba-tiba akunnya kehapus. Fix, langsung gua uninstall," jelasnya.

"Gilang juga di LS pangkat udah tinggi terus kebanned, langsung pensi dia mainnya," jelasku sambil tidak bisa menahan tawa. By the way, Gilang itu nama adikku, dan pensi itu artinya udah nggak mainin suatu game lagi.

Percakapan seperti ini sering terjadi antara aku dan saudara-saudaraku yang memang semuanya laki-laki. Aku perempuan sendiri, hehe. Dan, mereka gamers semua.

"Itulah bedanya. Orang yang menghafal Alquran pasti mau mengulangi hafalannya lagi. Sedangkan selain Alquran, seakan kehilangan "hasrat" ngulanginnya itu." Kata si Abang.

Ya, pernyataannya benar. Walau mungkin ada beberapa yang nggak setuju. Sebab di beberapa kasus, banyak gamer yang mulai main game yang sama lagi setelah sekian lama, atau istilah lainnya vakum.

Aku pribadi menyamakannya dengan membaca novel. Baca novel yang sama dua kali, itu ibarat balikan sama mantan, hehehe. Udah tahu ending-nya kayak gimana. Nggak seru. Eh, aku nggak punya mantan lho, ya. Aku nggak main pacar-pacaran. Heu, jadi salah fokus kan :")

Nah, begitulah. Kalau Alquran, kita baca berulang kali (tentunya baca ulang artinya juga), pasti adaaaa aja hal baru yang didapatkan. Serasa dapat ilham gitu. Itu juga kalau kita benar-benar mau menggunakan akal sesuai yang diperintahkan Allah dalam kitab-Nya.

لَآيَاتٍ لِأُولِي الْأَلْبَابِ
"Tanda-tanda (kebesaran Allah) bagi orang-orang yang berakal." [Ali-Imran: 190]

إِنَّ فِي ذَٰلِكَ لَعِبْرَةً لِأُولِي الْأَبْصَارِ
"Sungguh, pada yang demikian itu terdapat pelajaran bagi orang-orang yang mempunyai penglihatan (mata hati)." [Ali-Imran: 13]

أَفَلَا تَتَفَكَّرُونَ
"Apakah kamu tidak memikirkan(nya)?" [Al-An'am: 50]

أَفَلَا تَعْقِلُونَ
"Tidakkah kamu mengerti?" [Al-Baqarah: 44]
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya.

Ah, jadi ingat perkataan Ustadzku tentang Alquran yang mulia dan memuliakan.
Selembar kertas menjadi mulia, jika yang dituliskan di atasnya ayat-ayat Alquran. Buktinya kalian tidak akan mau menginjaknya, kan?
Kulit kambing menjadi mulia, jika yang diukir ayat-ayat Alquran. Beda kan kalau ia dijadikan jok motor?
Nabi Muhammad saw. menjadi mulia karena kepadanya diwahyukan Alquran.
Kota Mekkah dan Madinah menjadi mulia, karena di sana diturunkan Alquran.
Bulan Ramadhan menjadi mulia karena pada saat itu diturunkan Alquran.
Lailatul qadr menjadi malam paling mulia karena itu waktu khusus diturunkan Alquran.
Umat Islam menjadi mulia karena Allah berikan petunjuk berupa Alquran.
Lalu sekarang pikirkan bagaimana kiranya Allah akan memuliakan manusia yang di dalam dadanya ada Alquran? Kemudian, ia mengamalkannya dan mengajarkannya ke orang lain?

Imam Bukhari mencatat dalam Shahih-nya.
خَيْرُكُمْ مَنْ تَعَلَّمَ الْقُرْآنَ وَعَلَّمَهُ
"Sebaik-baik kalian adalah yang belajar Alquran dan mengajarkannya."

Ya Allah, jadikanlah kami dan anak keturunan kami termasuk Ahlul Quran.
Ya Allah, masukkanlah kami ke dalam surga bersama Alquran.

Aamiin ya Allah.

Pamulang, 18 Desember 2017
22:40

Dinda Aulia Putri

#4

Menulis Keabadian


"Hidup hanya sekali. Hiduplah yang berarti!"

Begitulah bunyi nasihat salah satu pendiri Pondok Modern Darussalam Gontor. Kita diberi kesempatan hidup ini hanya satu kali, jika yang satu-satunya itu disia-siakan, mau kapan lagi?

Bicara tentang hidup maka kita bicara juga tentang waktu. Sebab kita hidup berada di antara ruang dan waktu. Keduanya satu kesatuan yang tak terpisahkan.

Aku yakin semua pasti setuju kalau waktu kita begitu berharga. Sehingga pernah ada yang mengatakan bahwa waktu adalah kado terbaik. Saat seseorang memberikan waktunya, dia telah memberikan sebagian dari hidupnya yang tidak mungkin kembali. Maka hargailah, siapapun itu yang telah memberikan waktunya untukmu.

Imam Syafi'i pernah bilang, "Jikalau Al-Qur'an hanya memiliki surah Al-Ashr, itu sudah cukup untuk menjadi pegangan bagi umat manusia."
Allah bersumpah dengan waktu, dan mengatakan di surah itu, manusia -semuanya- merugi kecuali mereka yang beriman, beramal shaleh, saling menasihati untuk menaati kebenaran dan saling menasihati untuk menetapi kesabaran. Dan, siapa yang tidak disibukkan dengan sesuatu yang bermanfaat, pastilah disibukkan dengan sesuatu yang sia-sia.

Aku percaya bahwa manusia itu tidak mati. Tidak peduli jasadnya telah hancur dihimpit bumi. Caranya? Menulislah. Menulislah, maka kamu akan abadi.

Apa jadinya jika Imam Bukhari tidak menulis? Mungkin saat ini kita makin dipusingkan mana yang sebenarnya hadis Nabi dan mana yang bukan. Sebab terlalu mudah manusia berdusta, demi kenikmatan dan kepentingan sementara.

Apa jadinya Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, Al-Khawarizmi, dkk, tidak menulis? Apa jadinya jika HAMKA, Pramoedya, Andrea Hirata, Asma Nadia, dkk, tidak menulis?
Apa mungkin kamu mengenal -paling tidak tahu- mereka?

Ayo, tulis nama kita di panggung sejarah. Jadilah penulis. Serta jadilah pribadi yang namanya layak ditulis. Selamat berkarya!

Btw, kalau kamu sedih terus bisanya cuma nulis galau, ya tulis aja. Trust me, someday it will be worth it. :")


Tangsel, 12-12-17
19:54

Dinda Aulia Putri

Menulis adalah Tugas Iman


"Ah, aku mah nggak bakat nulis, Din! Aku cuma hobi baca," celoteh seorang teman.

Aku jadi berpikir, benarkah menulis itu bakat? Tapi, Ahmad Fuadi pernah mengatakan kalau menulis itu kebiasaan. Seberapa berbakatnya pun seseorang dalam tulis-menulis, tidak akan ada karya jika ia tidak terbiasa. Intinya, bisa karena terbiasa. Hm, klise memang. Percayalah, hal yang klise ini sulit-sekali diistiqomahkan jika tidak ada niat yang kuat dalam diri.

Kata Imam Syafi'i juga, "Ilmu adalah binatang buruan, dan pena yang menuliskan adalah tali pengikatnya."
Mungkin karena manusia itu kodratnya pelupa, maka diciptakanlah pena.

Awal aku suka menulis sebabnya karena aku ingin bercerita tanpa disela. Ingin "merasa didengarkan" setidaknya oleh diriku sendiri. Saat itu aku percaya, kebanyakan orang ingin mendengarkan hanya karena mereka penasaran, bukan karena peduli. Maka bagiku menulis adalah luapan emosi yang tidak pernah bisa tersalurkan.

Aku pernah ingin sekali membagi tulisan-tulisanku, sampai aku tahu tentang seseorang. Ia menyimpan tulisan yang siap diterbitkannya lamaaaa sekali, katanya takut apa yang dituliskannya menjadi dosa jariyah yang tak terputus hingga hari kiamat.

Aku diam, sekaligus takut. Menatap buku yang disusun di rak-rak toko buku di kotaku. Ketika ribuan penulis berlomba-lomba menerbitkan karyanya, seseorang itu justru takut...

Teringat dengan karya yang dituliskan Hitler & Stalin dan karya yang dituliskan Imam Bukhari, Imam Muslim, Imam Al-Ghazali, Ibnul Qayyim, Ibnu Atha'illah, dkk. Itulah, menulis adalah pertaruhan berupa pilihan. Ia bisa menjelma jadi kebaikan atau keburukan, yang tidak terputus sampai akhir zaman.

Maka aku di sini, meminta siapa pun yang membaca tulisanku. Sekiranya ada yang keliru, tolong beritahu aku, dengan cara yang ma'ruf (baik).

Oh ya, aku ingin menutup tulisan ini dengan tweet dari Ust. Salim, hehehe.

Menulis juga bagian dari tugas iman; sebab makhluq pertama ialah pena, ilmu pertama ialah bahasa, dan ayat pertama berbunyi "Baca!"

Adapun ilmu yang diajarkan pada Adam & membuatnya unggul atas malaikat nan lalu bersujud adalah bahasa; kosa kata. (QS 2: 31)

Muhammad hadir bukan dengan mu’jizat yang membelalakkan; dia datang dengan kata-kata yang menukik-menghunjam, disebut ‘Bacaan’. Itulah, Al-Quran❤


Tangsel, 11 Desember 2017
20:51

Dinda Aulia Putri

Filosofi Air Mengalir Bagiku


"Yaudah nggak usah dipikirin. Hidup ngalir aja kayak air. Jalanin aja." kata seorang teman.

Aku berpikir panjang. Jadi, hidup di dunia ini sebenarnya untuk apa? Aku tahu, banyak sekali Al-Quran menjelaskan ini: untuk beribadah, untuk diuji siapa yang lebih baik amalnya.

Dan, apa sebenarnya kehidupan dunia ini?
Jika petani ditanya, mungkin ia akan menjawab, "Dunia ini seperti menanam di ladang, untuk dipanen hasilnya di akhirat nanti."
Jika musafir ditanya, mungkin inilah jawabannya, "Dunia untuk menyiapkan bekal, menuju hari-hari yang panjang, terlalu panjang dan tak memiliki akhir."
Jika aktor yang ditanya, mungkin ia menjawab, "Dunia ini panggung sandiwara. Penulis skenarionya dan sutradaranya adalah Tuhan. Jadi, mainkan saja peran terbaikmu untuk kisahmu sendiri. Biar Tuhan yang nanti menilai."

Benar ya, dunia ini ladang beramal.
Dunia ini tempat mengumpulkan bekal.
Dunia ini panggung sandiwara.
Dunia ini senda gurau.
Dunia ini tipuan belaka.
Dunia ini perhiasan.
Dunia ini bunga kehidupan.

Oh ya, kata temanku tadi, jalani saja hidup di dunia ini bagai air yang mengalir.
Tapi, bukankah secara alamiah, air hanya akan mengalir ke tempat yang lebih rendah?
Bukankah kualitas diri harus terus meningkat? Bukankah kita harus berpikiran maju? Bukankah hidup ini harus punya visi misi?

Dan, ya, aku menemukan jawabannya. Ini jawabanku. Terserah kamu kalau tidak setuju. Jika memang harus mengalir ke tempat yang lebih rendah, pastikan ia mengalir ke tempat yang benar.
Mungkin menuju pipa-pipa yang mengarah ke tempat-tempat baik.
Mungkin menuju turbin untuk menghasilkan pembangkit listrik.
Mungkin menuju lahan pertanian.
Dan lain-lain.

Yang jelas, menjadi bermanfaat. Sebab:
"...Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, ia akan tetap tinggal di bumi.." (Ar-Ra’d:  17)


Pamulang, 7 Desember 2017


Dinda Aulia Putri



Ciptakan Sejarahmu Sendiri


Pada usiaku yang otw dua dekade ini, aku jadi teringat pada cucu dari Stephen R. Covey bernama Shannon. Dia "berhasrat" mengabdikan hidupnya untuk anak-anak yatim Rumania. Shannon pernah bercerita ketika seorang anak kecil yang sedang sakit memuntahinya, kemudian dia mengulurkan tangan untuk dipeluk. Seketika itu juga dalam hati Shannon memutuskan, "Aku tidak mau menjalani kehidupan yang egois lagi. Aku harus membaktikan hidup untuk menolong sesama."

Juga, kata Ust. Salim, Remaja adalah sebuah musim di mana semua karakter bisa tumbuh, berakar dan mekar... Idealisme tinggi, dinamis, gejolak, sekaligus pendobrak.

Kemudian, tiba-tiba saja hal-hal hebat yang telah digoreskan oleh para pemuda dalam sejarah berputar random dalam otak.
* Bagaimana pada Ashabul Kahfi harus lari dan bersembunyi dalam menghadapi kejinya tirani.
* Bagaimana "penculikan" golongan tua oleh golongan muda ke Rengasdengklok menjelang kemerdekaan negeri ini harus terjadi.
* Bagaimana rezim militer yang bercokol lebih dari 30 tahun di 1998, bisa runtuh karena dorongan semangat muda untuk reformasi.
Dst.

Lalu aku bertanya pada diri, apa saja yang kamu sudah perbuat untuk hidup ini dan kematianmu nanti?
Di saat banyak anak muda sudah mencari pengalaman hingga melintasi benua, kamu masih sibuk galauin si dia?
Di saat banyak anak muda yang punya visi mencerdaskan bangsa dengan memaksimalkan segala potensi yang mereka bisa, kamu masih melakoni drama yang kamu tahu akhirnya sia-sia?

Ah, otak ini cuma mau bilang ke diri sendiri. Kamu, harus bisa menentukan prioritas dan ciptakanlah sejarahmu sendiri.


Pamulang, 6 Desember 2017


Dinda Aulia Putri

Ibu Madrasah Agung


Pernah aku baca salah satu postingan @maudyayunda yg isinya quote "Women who read are dangerous". Itu sebenarnya judul buku. Artinya, wanita yang membaca itu berbahaya. Oke, aku lebih suka mengartikannya "Wanita cerdas itu berbahaya."
.
Betapa tidak, manusia berhati kejam seperti Fir'aun bisa "melunak" tatkala sang istri memintanya agar jangan membunuh bayi Musa yg ditemukannya dan justru diangkat sebagai anak.

Betapa tidak, Ir. Soekarno, pahlawan sekaligus proklamator Indonesia, menjadi "lemah" saat berhadapan dengan wanita.

Betapa tidak, ketika cinta pada satu wanita mengorbankan 30.000 budak Hindu yang dibunuh setelah diperas tenaganya untuk pembangunan kuburan mewah bernama Taj Mahal serta tiga tahun kas negara bangkrut dan pajak dipungut paksa demi pembangunannya.

Pasti dibalik keputusan-keputusan penting pemimpin negara, ada sosok wanita hebat di belakangnya, di sisinya.
.
Sementara itu, kata seorang psikolog dan ahli pendidikan dari Harvard University, Howard Gardner, ada 9 macam kecerdasan di antaranya: kecerdasan visual, kecerdasan verbal, kecerdasan musik, bahkan kecerdasan atletik. Mengatakan Ronaldo atau Zidane lebih bodoh daripada Newton, kini akan terdengar cukup konyol. Sebab setiap orang punya potensi dan perannya masing-masing di dunia ini. Berhentilah mencetak dirimu sesuai harapan sosial, and just do your best :")

Nah, menjadi wanita berarti menjadi ibu, adalah madrasah agung. Bagi anak-anaknya, ibu yang cerdas adalah perpustakaan paling lengkap, kelas paling nyaman, lapangan paling lapang, tak pernah bisa ia digantikan oleh gedung-gedung tak bernyawa.

Mungkin benar pernyataan yang mengatakan, "Pendidikan anak itu bukan dimulai sejak dini, tapi sejak kamu memilih istri."

Juga, perkataan 'Umar bin Khattab, "Laki-laki sukses itu dapat dilihat dari dua hal. Pertama, siapa ibunya dan kedua, siapa istrinya."
Maka menjadi wanita cerdas bukan lagi penting, tetapi harus. 🙂


Tangsel, 5 Desember 2017
21:37

Dinda Aulia Putri

Pict: Pinterest