Search

The Greatest Revolution for Shining


"Jangan mencintai berlebihan. Jangan membenci berlebihan."

Itu adalah pesan yang sangat klasik tapi memang benar adanya. Kadang kita harus "digampar" dengan batu bata kenyataan ketika telinga sudah tidak bisa lagi mendengar nasihat-nasihat baik. Saya tahu, cinta memang bikin bodoh. Tapi terlalu lama berkubang dalam kebodohan juga tidak baik. Itu artinya kita tidak pernah belajar. Ah, saya juga pernah bilang di salah satu puisi saya, "Menasihati orang yang jatuh cinta itu bagai mengenalkan cahaya pada si buta."

By the way, cinta bikin bodoh itu fakta. Karena bagian frontal cortex otak kita yang berfungsi sebagai judgement critical tidak berfungsi atau tertidur tatkala kita jatuh cinta. Ditambah lagi, kekuatan dari endorfine, koktil dopamine, norepinephrine, oxytocin, yang seolah saling bekerja sama membuat kita makin "mabuk" saat jatuh cinta.

Saya jatuh cinta sama orang itu sejak usia saya masih 15 tahun. Sekarang, pada 20 Januari 2018, saya berusia 20 tahun kurang 76 hari. Saya tepat 20 tahun saat 6 April 2018 nanti. Itu artinya, hampir 5 tahun lamanya saya menyiksa batin saya untuk mencintai seseorang yang seharusnya tidak perlu saya cintai.

Saya tidak akan pernah melupakan ini. Tidak akan pernah. Saya juga tidak berencana untuk melupakannya, karena saya sadar, saya sudah membayar dengan mahal pengalaman ini. Saya membayarnya dengan waktu, pikiran, dan uang (terutama kuota) yang tidak sedikit. Biarkan saya sedikit perhitungan akan hal ini :D.

Saya akan membiarkan rasa ini terekam sebagai harta karun paling berharga dalam hidup saya yang menjadikan saya lebih dewasa, bijak, dan keren dari sebelumnya. :)

Dia baik, tapi saya tidak 'cukup baik' untuk dia. I'm just not enough for him. And maybe, never be enough. Mungkin tidak akan pernah cukup jika pada akhirnya Tuhan tidak menakdirkan kami untuk bersama.

Saya sudah memaafkan atas sikap dia yang sangat menyakiti hati saya. Sisi positif saya mengatakan bahwa dia tidak pernah bermaksud begitu. Ya, saya memaafkannya karena saya mencintai diri saya sendiri. Saya berhak atas kedamaian di hati saya.

Oh ya, saya juga akan berhenti untuk menjadikan studi dan mimpi-mimpi saya sebagai alasan untuk melupakannya. Saya sudah bilang, saya tidak ingin melupakannya! Saya hanya akan menjadikannya sebagai pelajaran hidup tentang rasa sakit paling berharga dalam hidup saya. Kini saya paham, saya hanya perlu fokus melangkah ke depan sambil menikmati hidup dan mensyukurinya!
Oh, it feels like, I will very busy for enjoying myself, Darling! :)

Kenapa saya bilang saya hanya perlu fokus melangkah ke depan? Karena sekarang saya ngerti.
Move on itu... Ibarat kita jatoh dari sepeda terus sakit atau luka, emangnya kita bakal berusaha keras melupakan kejadian itu? Nggak, kan? Yang perlu kita lakukan cuma melanjutkan hidup.

Yang terpenting adalah kita harus membahagiakan diri kita sendiri. Kebahagiaan kita ya tanggung jawab kita sepenuhnya. Mementingkan kebahagiaan diri itu nggak berarti egois kok, di sini kita hanya mengerti mana yang perlu diprioritaskan dan mana yang tidak. Dalam hidup, ibarat mau mencapai puncak gunung, kadang kita harus merelakan untuk tidak membawa barang-barang yang tidak terlalu penting supaya kita bisa lebih cepat mencapai puncak.

Intinya bagi saya, move on itu bukan melupakan, tapi merelakan. Karena saya yakin, semakin saya ingin melupakan maka saya justru akan semakin ingat. Yang perlu saya lakukan sekarang adalah melanjutkan hidup saya, membahagiakan diri saya sendiri, dan orang-orang yang menyayangi saya. Yang sudah berlalu, biarkan berlalu. Ambil pelajarannya. Allah menceritakan kembali kisah kaum-kaum terdahulu apa karena ingin membahas masa lalu? Nggak, kan? Allah ingin kita mengambil pelajaran darinya. Pelajaran itu tidak selalu didapat dari bangku sekolah atau perguruan tinggi, namun justru dari hal-hal yang kita alami setiap hari. Termasuk dari sakit hati.

Terakhir, untuk kamu! Terima kasih sudah datang ke hidup saya. Kanvas hidup saya masih kosong dari warna-warni percintaan, terima kasih kamu berkenan mewarnainya. Warnanya abstrak menganggumkan, karena saya tahu sejak awal kamu memang tidak berniat memberinya warna. Sekali lagi dengan setulus hati, saya ucapkan terima kasih. 😊

Saya pergi, karena saya memutuskan untuk lebih mencintai diri saya sendiri.

Bekasi, 20 Januari 2018
19:33

Dinda Aulia Putri

Picts: Pinterest

Random Thinking (UNFAEDAH POST)


Di hari terakhir ngeblog bebas ini gue mau cerita aja deh. Sekalian menumpuhkan unek-unek juga.

Gue besok mau UAS matkul tajwid. Kitab tajwid yang dipake itu karya Ust. Fathoni yang Metode Maisura. Pernah gue post di blog ini di awal-awal. Jadi, ini tuh buku tajwid super duper lengkap yang pernah gue temuin selama ini. Hampir semuanya dibahas dari berbagai sisi. Bagus banget. Asli.

But in the other side, gue jadi pusing. Ibarat belajar biologi yang banyak make bahasa latin, di sini juga banyak banget istilah barunya. Ya nggak terlalu masalah sih mungkin kalo kita paham banget bahasa Arab, tapi kan gue mah belajar bahasa Arab dasarnya doang sama modal stalk orang Arab sekalian cuci mata wkkwkwk. Maaf, ya Allah :")

Mana besok digabung sama tasawuf. Gue kirain tuh ya mending belajar teologi dah daripada belajar tasawuf. Seru sih, tapi takut. Takut salah tafsir karena otak nggak bisa nangkep. Takut jadinya dosa. Takut sok tahu. Takut macem-macem deh.

Gue pernah ketemu langsung sama orang yang lagi ngejalanin riyadhah sufi. Dulu orang itu sempet tinggal di rumah gue seminggu. Words can't describe it. Akhlaknya masya Allah banget. Baik banget. Santun banget. Senyumnya nggak pernah luntur. Takut segala sikapnya, bahkan sesuatu yang di luar kendali dia, itu nyakitin orang lain. Gue nggak bisa berkata apa-apa lagi deh.

Oh ya, gue juga seneng deh. Anak-anak kelas gue mau ngadain baksos setelah UAS ini ke anak-anak di bawah kolong jembatan. Nanti kita rencananya mau main-main sambil ngajarin quran gitu ke mereka. Ah, can't wait! :")

Dan, sekarang gue lagi bingung gimana caranya nyelesain satu kitab tebel buku Metode Maisura dalam waktu kurang dari 12 jam. Ya Allah, bantu aku. Aku nggak tahu besok mau ngejelasin apa di depan dosen. Ujiannya lisan pula.

Gue nggak masalah kalau harus jelasinnya pake materi tajwid yang banyak beredar di buku-buku tajwid kebanyakan, tapi ini katanya kan "calon sarjana Alquran", harus paham seluk-beluknya. Hwaaaaa. Jadi pengen nangis.

Ah, sayang air mata gue buat nangis mah, mending gue tidur. Bye.

Jadi inget kata-kata dari temen gue, wkwk.
"Males boleh, bego jangan." -Pikachu

Note:
Ini adalah postingan blog gue yang paling unfaedah. Lebih baik nggak usah dibaca. Yang penting ngerjain tugas nulis hari ini. HEHE.

Pamulang, 3 Januari 2018

Dinda Aulia Putri

Pict: Pinterest
#20

ALHAMDULILLAH
YEAYYY, I'VE DONE!!!