Search

Benarkah Cinta itu Anugerah?

Assalamualaikum :)

Halo, aku mau posting tulisanku yang udah lamaaaa banget dari diary-ku. Style tulisanku waktu itu agak beda kalau sama yang sekarang. Ada mesra-mesranya gitu, soalnya masih jatuh cinta sama seseorang yang dulu, hehe.

Topik tulisan ini juga tentang cinta sih, karena kayaknya aku juga lagi jatuh cinta πŸ˜†. Eh gak deh! Aku kagum ajaaaa sama seseorang. Entah kenapa waktu aku cari tau tentang dia, aku kayak ngeliat diri aku sendiri. Semua yang dia suka, aku juga suka. Sampe kebiasaannya waktu kecil, itu juga sama kayak aku, hehehehe. Ah, nggak tau juga deh. Apa aku aja yang lagi nyama-nyamain diri aku sama dia, atau emang itu benar kenyataannya. Bodo amat.

That's what I wrote since several years ago. Here you go!

Bismillah...

Hari ini aku mau membahas tentang cinta. Tadi aku tanya teman-temanku di ask.fm pake anon. Aku menanyakan mereka "apa arti cinta menurut kamu?". Jawabannya macam-macam.

Tapi yang paling aku ingat, definisi cinta menurut dia. Baginya "cinta itu anugerah".

Oke, aku mau bahas tentang definisi cinta menurut dia aja. Sangat singkat. Tapi selama ini aku berusaha memahami dia. Ini uraian dari pemahamanku itu.


Cinta itu tak terdefinisi...
Cinta selalu tentang keindahan yg berupa anugerah. Anugerah itu banyak macamnya: ada kecantikan, kecerdasan, kesederhanaan, pengorbanan, kekuasaan.

Jika cinta hanya sebatas kecantikan. Mungkin ia hanya layak didapatkan wanita sekelas bidadari surga. Tapi kenapa Shahabiyah seperti Sumayyah bint Khalaf jua pernah merasakannya?

Jika cinta hanya sebatas kecerdasan. Mungkin  'Aisyah bint Ash-Shiddiq yg bisa  memerolehnya.

Jika cinta adalah tentang kesederhanaan. Mungkin hanya Fathimah bint Muhammad Rasulullah saw. yang bisa tahu seperti apa rupanya.

Jika cinta itu pengorbanan. Kurasa, Sa'udah bint Zam'ah sudah sangat mengenalnya.

Jika cinta seluas kekuasaan. Kutahu Ratu Balqis yang paling mengerti bagaimana ia.


Ah, menurutnya, cinta itu anugerah. Tapi, anugerah yang seperti apa ia?



Andai kutanya pada Bilal ibn Rabah, mungkin beliau akan menjawab, "Suara. Karena suara adalah wujud nyata dari panggilan cinta. Mengajak para hamba untuk menemui Rabb-nya dgn segera."

Lalu bagaimana menurut Abdullah ibn Ummi Maktum? Mungkin beliau akan menjawab, "Mata. Sebab anugerah itu datang pada saat semua terasa gulita. 'Abasa wa tawallaa...' Setelah itu Rasul menyapa mesra: "Selamat datang wahai seseorang yg telah membuat Allah menegur Rasul-Nya."

Ada lagi, menurut Nabi Yusuf a.s., "Anugerah itu ketika aku berkata pada Rabb-ku bahwa penjara lebih aku sukai daripada menuruti keinginan hawa nafsuku sendiri."

Dst.

Yang aku tahu, cinta itu tentang keikhlasan. Bahwa semua yang kau miliki pada hakikatnya bukanlah milikmu. Bahkan dirimu sendiri pun bukanlah milikmu. Apa lagi yang belum pernah kau miliki sama sekali. Suatu saat, kau harus merelakannya untuk kembali kepada Pemilik Sejatinya.

Seperti bisikan Jibril pada Muhammad:
"...Cintailah siapa saja yang kau inginkan. Tapi ingat, kau pasti akan berpisah dengannya..."
Setidaknya sampai Allah mempertemukan lagi di taman surga.


Bekasi, 14 Maret 2014
8.02 PM


Dinda A. Putri

Merasa Dimanfaatkan? Mari Beryukur!


Kalau orang baik sama kita, segani. Jangan malah dimanfaatin, Karena kemungkinan besar mereka baik, tapi tidak bodoh.

Kutipan itu aku dapat dari OA galau di Line. Atau sejenis umpatan yang isinya kekesalan karena merasa dimanfaatkan sama teman sendiri, yang akan meninggalkan dia ketika sudah tidak butuh lagi.

Aku bertanya, ada apa dengan orang-orang ini?

Ketika ditanya apa cita-citanya, kebanyakan menjawab.

"Ingin jadi orang yang bermanfaat."

Lalu ketika ada teman yang mengambil manfaat dari dirinya, dia merasa dimanfaatkan, kesal, ngatain dateng pas butuh doang, dsb.

Bukankah Allah sudah mewujudkan cita-citanya untuk jadi orang yang bermanfaat? Yaa meskipun masih dalam skala kecil. Dan, bukankah sesuatu yang besar selalu berasal dari yang kecil dulu? Bukankah perjalanan seribu kilometer itu selalu dimulai dari langkah pertama?

Sejujurnya ini catatan untuk diriku sendiri yang suka kesal gara-gara ada teman yang datang pas butuhnya aja terus tiba-tiba hilang tanpa bekas. Nggak ada pedulinya sama aku kalau aku lagi susah. Dari situ aku jadi belajar untuk selalu minta ke Allah aja. Minta jalan keluar ke Allah. Minta solusi hanya ke Allah. Minta segala sesuatunya cuma ke Allah. Alhamdulillah... Segala puji bagi Allah yang mendatangkan dan menghilangkan orang-orang dari hidup seorang hamba-Nya sebab Dia ingin hamba itu hanya bergantung pada Dia.


Back to the quotes. Orang baik harus disegani? Menurutku sih tanpa perlu diminta, orang baik itu pasti disegani. Sebab aura kebaikan itu memancar dari dalam dirinya yang bikin orang-orang segan untuk berbuat buruk kepadanya.

Orang baik itu tidak bodoh? Ah, sebenarnya tidak ada makhluk yang bodoh. Semuanya unggul pada kualitas pribadinya masing-masing. Itu seperti quote dari Albert Einstein, "Everybody is a genius. But if you judge a fish by its ability to climb a tree, it will live its whole life believing that it is stupid."
Artinya, "Setiap orang itu jenius. Tapi jika kamu menilai seekor ikan dari kemampuannya memanjat pohon, ia akan hidup selamanya dengan menganggap dirinya bodoh."

Jadi, setiap orang itu udah punya kapabilitasnya masing-masing untuk menjalani peran hidupnya di dunia ini. Kebanyakan orang mengatakan punya cita-cita yang menyenangkan itu sama dengan mengikuti passion. Tapi jangan hanya bicara tentang passion, sebab ada yang lebih penting dari itu, yaitu:

Menjadi orang yang bermanfaat!


"...Adapun yang memberi manfaat kepada manusia, ia akan tetap tinggal di bumi.." (Ar-Ra’d:  17)


Di Lantai 5 Asrama Putri
Pamulang, 31 Juli 2017


Dinda A. Putri

Ngobras bareng Ust. Hanan Attaki

Assalamualaikum :)

Bismillah...

Alhamdulillah aku hari ini ikut ke kajian Ust. Hanan Attaki di Masjid Agung Al-A'zhom, Kota Tangerang. Aku berangkat bareng temen-temen tahsin dari Asrama di Tangsel. Lumayan jauh itu, sekitar 37 km dari lokasi kami kalau diliat di Google Maps 😁. Ini baru pertama kalinya aku ikut kajian bareng temen-temen, apalagi ke kajiannya Ust. Hanan, hehe.

Ini poster kajiannya. Jadi tuh kayak kajian rutin tiap bulan di minggu ketiga, lokasinya sama di Masjid Al-A'zhom, Kota Tangerang juga. So, boleh banget kalau yang mau ikut, ya gais! :)


Oke, aku mau cerita isi kajiannya aja deh. Biasaaa lah ya, selalu tentang jomblo, hahaha. Emang beliau kan target dakwahnya ke anak muda. Beliau juga Founder Pemuda Hijrah yang base camp-nya ada di Bandung. Itulah salah satu alasan aku mau kuliah di Bandung, biar sering ikut kajian beliau πŸ˜€.

Aduh, suaranyaaa itu, ya Allah. Please sisain buat aku yang kayak gini hehhe. Adeeem banget. Sedih juga, pemuda-pemuda shaleh banyak yang sold out dan sayangnya nggak ada di-restock #PlisDin, hehe.

Oh ya, Masjid Al-A'zhom katanya bisa menampung 10K jamaah. Tapi tadi tuh sampe tumpeh-tumpeh ke luar-luar, hahaha. Seneng sih liat banyak muslim antusias ke tempat ilmu begitu, tapi di satu sisi itu sepertinya menunjukkan kebangkitan Islam di akhir zaman. Seneng tapi ngeri 😬.

Ini instastory-nya Ust. Hanan setelah kajian πŸ˜€

Sejujurnya sekarang emang nyari ilmu tuh mudah. Tinggal googling, selesai. Menurut aku pribadi sih itu bagus, tapi kalau terlalu sering begitu takutnya jadi kurang menghargai ilmu. Orang sekarang banyak yang cerdas-cerdas, tapi adabnya? Nol besar.

Aku pernah diceritain sama Ustadzah Qiqi waktu aku ikut dauroh di Bandung. Banyak santri yang kalau diukur dari kuantitas dia nerima ilmu itu kuraaang banget, tapi hidupnya bisa berkah, berkecukupan, banyak yang sukses juga, dsb. Padahal kalau diliat kerjaannya selama mondok itu cuma khidmat ke kyainya: nyapu, memenuhi kebutuhan kyainya, bersih-bersih, dsb. Pokoknya jarang deh belajarnya dibanding anak-anak yang sekolah formal di luar sana. Akhlaknya juga santun, karena udah terbiasa berkhidmat ke orang tua. Ya gitu deh. Beda banget sama anak-anak yang suka ngomongin guru dan suka banget mengkritik gurunya. Aku juga pernah sih, hehe. Dan sedang berusaha menghilangkan perasaan itu, dan nahan dari membicarakan apa yang aku nggak suka dari cara mengajarnya. Jujur aku juga susah ngilanginnya. Pengen belajar ikhlas. Belajar pasrah sama semua yang ada. Kata Ustadz Hanan Attaki juga tadi "Nuntut ilmu itu harus perih, biar ngerasain manfaatnya."
Nah, aku rasa itulah jawabannya! Kemanfaatan itu berasal dari keberkahan yang terus menerus dipupuk selama berkhidmat kepada guru. Keberkahan itu berasal dari doa-doa tulus sang guru untuk murid/santrinya. Apalagi guru/kyainya orang sholeh, wali Allah, kurang powerful apa itu doa?

Gampang jaman sekarang tuh jadi orang cerdas, tapi susah banget jadi orang yang punya akhlak. Karena ketika kita menuntut ilmu dari seorang guru, kita akan mendapatkan teladan yang tidak bisa diperoleh dari buku-buku. Dan moga juga tiap langkah orang yang menuntut ilmu, maka akan membawanya ke jalan menuju surga. Aamiin.

So, mari jadi orang cerdas dan berakhlak mulia!

Cayoo! Hahaha

Pamulang, 30 Juli 2017
20.19


Dinda A. Putri

Bisikan yang Terdengar di Langit

Bismillah...
Beberapa waktu terakhir aku sering dikagetkan dengan beberapa kejadian. Hal yang baru saja terlintas di benak tiba-tiba terjadi di depan mata. Aku sendiri heran, kenapa itu bisa terjadi? Oke, aku ingin menceritakan apa yang sekarang sedang terlintas saja. Ngedadak gitu ya, kayak goreng tahu bulet. Sip.

Waktu itu tanggal 1 Juli 2017, sore harinya aku pulang dari acara Diaspora Indonesia di Kokas, Jakarta ke Bekasi naik kereta. Itu sendirian waktu di kereta jurusan Bekasi. Hm, jomblo banget ya, Kak? Hahaha. Ya gitu deh. Aku langsung menuju gerbong khusus perempuan. Itu rasanya udah capek banget karena aku orangnya emang gampang capek. Nggak lama aku duduk, eh ada ibu-ibu yang udah tua, pandangannya menyapu isi gerbong seperti berharap ada yang ingin bertukar posisi dengannya. Aku lihat sekeliling. Semua asik dengan ponselnya masing-masing. Akhirnya, aku bangun bersedia bertukar posisi dengan ibu itu. Aku lihat seyumnya merekah dan matanya berbinar. Pemandangan itu justru membuat aku lebih bahagia. Alhamdulillah...

Selama beberapa lama berdiri, sudah agak dekat ke Stasiun Bekasi tapi masih jauh juga kalau jalan kaki (yaiyalah-_-), aku mulai pusing, hehehe. Waktu itu sudah tidak ada nenek-nenek atau orang tua lagi di gerbong itu. Aku mau duduk. Akhirnya aku doa.

"Ya Allah, aku mau duduk."

Cukup. Begitu aja doanya. Beberapa menit kemudian, tidak sampai sepuluh menit sepertinya, benar-benar orang yang tidak jauh dari tempat aku berdiri bangkit dari kursinya. Lalu kursi itu jadi milikku. Alhamdulillah, Allah mendengar dan mengabulkan doaku. Dia Maha Mengetahui segala isi hati

Pada kejadian lain, aku lagi cari surat penting untuk keperluan aku kuliah. Okedeh, aku lagi cari legalisir ijazah. Ternyata cuma sisa satu-satunya. Mungkin kebiasaan aku dulu yang suka daftar lalu tiba-tiba keluar gitu aja hahaha. Nggak sadar deh stok legalisir ijazahnya udah abis. Nah, waktu itu aku butuhnya dua. Besoknya harus dikumpulin dan itu udah malem. Jadi nggak mungkin ke sekolah karena berangkatnya pagi-pagi banget. Aku udah fotokopi berwarna legalisir yang ada, tapi takut juga kalau ketauan itu bukan legalisir yang asli. Lalu aku ubek-ubek file yang isinya surat-surat penting. Berantakan semua, hadeh. Pusing banget, akhirnya aku doa lagi.

"Ya Allah, gimana nih adanya cuma satu, padahal aku butuhnya dua."

Dan . . .
Secara tiba-tiba lagi aku nemuin yang aku butuhin, satu lembar legalisir ijazah. Ujungnya pun udah agak robek. Aku nggak ngerti. Yang aku inget, aku cuma punya lima lembar dan itu udah abis semua di tahun kemarin kecuali sisa satu lembar sebelum aku mutusin buat gap year. Alhamdulillah, Allah Maha Mendengar. Aku belum pernah kecewa dalam berdoa kepada Rabbku.

Di lain kejadian ada lagi. Ini terjadi waktu aku kelas 12 di akhir semester disuruh ngumpulin rapot. Udah masa-masa selesai belajar juga. Waktu itu berangkat bawa tas isinya rapot doang ke sekolah bareng temen dibonceng motor. Ternyata eh ternyata, aku dibilangin kalau resleting tasku kebuka. Aku panik. Aku cek isinya. Taraaa! Rapotnya nggak ada. Bingung banget deh asli. Mana waktu itu lagi masanya masukin nilai buat daftar SNMPTN atau biasa disebutnya jalur undangan ya. Aku tanya guru, katanya bisa ngehubungin wali kelas dari kelas 10 buat minta nilainya lagi dan nanti dibuatin rapot baru. Aku hubungi wali kelas satu-satu, sedihnya bentrok jadwal terus. Karena wali kelasku waktu kelas 10 itu juga ngajar di sekolah lain. Nggak tentu juga kapan bisa ketemuan sama aku karena seinget aku laptop beliau dipake anaknya deh. Datanya di situ semua. Bingung bin pusing. Alhamdulillah wali kelas yang lain sih nggak ada kendala yang berarti.

Rasanya tuh, pengen bisa nemuin rapot itu lagi. Bagaimana pun keadaannya lah. Kami udah nelurusin jalan yang kami lewati sebelumnya, tapi nggak ada tanda-tanda sama sekali rapot itu jatuh di mana. Soalnya jalan yang kami lewatin itu jalan raya yang besar. Karena nggak bisa juga, akhirnya mencoba pasrah.

Besoknya aku disuruh ke sekolah lagi buat nemuin wali kelasku waktu kelas 10. Nunggu di mushalla sekolah bareng beberapa temen sampe hampir dzuhur. Nggak ketemu juga😒. Akhirnya aku pulang. Sorenya ada teman sekelasku yang SMS,

"Dindaaa, rapot kamu ilang ya? Sekarang udah di aku nih."
"Wah, iya. Siapa yang nemuin, de?" (temanku itu namanya Deana)
"Ada anak pramuka yang nemuin di lantai mushalla, din. Dia liat kelas kamu, ternyata sekelas sama aku akhirnya dia titipin ke aku. Padahal dia udah umumin di informasi kok hari ini. Besok kamu ambil ya aku tungguin di sekolah." jelas Deana.
"Iya makasih banyak ya, de. Besok aku dateng insya Allah."

Kurang lebih begitu isi percakapan kami. Alhamdulillah. Tapi aku nggak habis pikir, kok bisa? Kenapa harus di lantai ya? Bukannya di sekitar situ juga ada meja? Kalau pun itu dianterin sama seseorang karena liat nama sekolahku, kenapa harus di lantai padahal ruang informasi yang biasa dijaga sama guru piket letaknya lebih deket ke gerbang sekolah? Ribuan pertanyaan dan kemungkinan rasanya berputar-putar di otak.

Besoknya aku dateng ke sekolah nemuin Deana. Alhamdulillah. Setelah rapotnya udah di tangan aku, aku perhatiin keadaannya. Agak beda kayak waktu sebelum hilang. Sampulnya agak rusak karena gesekan. Tapi bodo amat sih keadaannya gimana yang penting ketemu, lagian juga udah mau lulus. Aku lagi mengira-ngira aja kenapa rapot itu bisa mendarat di lantai mushalla?
1. Kalau dibawa seseorang, kenapa nggak langsung ke ruang informasi atau ruang guru aja?
2. Kalau dibawa angin, angin sekenceng apa yang bisa nerbangin rapot seberat ini? (ini kok jadi mikirin fisika ya? πŸ˜‚)
3. Dan berbagai kemungkinan lain. Panjang deh kayaknya aku pernah nulis di diary cuma males ngetiknya di sini. Alhamdulillah.... Jadinya aku nggak perlu ribet lagi ngurusin semuanya. Allah mudahin jalannya. Allah memberikan rezeki dari arah yang tidak disangka-sangka. Kemudahan ini juga termasuk rezeki.

Lalu di kejadian lain lagi. Ini terjadi waktu aku umrah awal Februari 2017. Banyak banget doa yang mau aku panjatkan, tapi satu hal yang terlintas di pikiran dan aku mau waktu itu,

Aku mau move on.

HAHAHA.
Lelah hati lelah pikiran kalau aku suka sama orang tuh. Ketika aku memutuskan untuk suka ke satu orang, semua selain dia jadi bodo amat, hehehe. Aku tuh orangnya setia, Kakak :"). Gimana mau selingkuh, ngelupain satu orang aja butuh waktu bertahun-tahun. Dan dianya gitu-gitu aja lagi. Di titik itu aku udah jenuh banget soalnya udah otw lima tahun wkwk. Waktu itu di sepertiga malam terakhir aku abis thawaf dan shalat sunnah thawaf di Multazam, aku doa,

"Ya Allah, kalau memang dia bukan jodohku. Jadikan segala tentangnya biasa saja bagiku. Kalau memang dia udah nggak baik lagi untuk aku cintai, jadikan hanya cinta-Mu satu-satunya yang aku ingin tuju."

Sebenernya masih panjang sih doanya. Banyak maunya soalnya aku tuh. Tapi aku rasa itu sudah cukup menggambarkan keseluruhannya, terutama yang mau move on itu, hehe.

Setelah aku inget-inget lagi, sewaktu aku berdoa itu, aku mengumpulkannya dalam satu keadaaan yang pada saat itu menjadi seutama-utamanya waktu.
1. Sepertiga malam terakhir
2. Sesudah thawaf
3. Sesudah shalat
4. Di Multazam

Satu lagi sih, suara yang sangat memprihatinkan.

Masya Allah. Pantas saja rasanya sangat dahsyat. Efeknya juga luar biasa. Untuk yang terakhir, aku emang suka gitu. Kalau lagi doa dan banyak maunya tuh, aku sering nangis kalau denger aku nangis, hahaha. Ibaratnya kayak seseorang yang ditinggal pergi kekasihnya. Suara orang yang patah hati gimana sih, wkwk. Kenyataannya sih aku nggak ditinggalin siapa-siapa. Jadian aja engga, dan nggak akan pernah mau sih. Maunya "diseriusin", hehe. Okesip, jadi ngelantur.

Nah, di waktu dhuhanya, aku dari hotel mau pergi kan. Jalan-jalan menelusuri jejak sejarah Rasulullah saw. dan para shahabatnya di Kota Mekkah. Semuanya disuruh ngumpul di lobi hotel. Aku dan keluargaku (alhamdulillah, kami pergi sekeluarga, karena waktu itu ada yang mau ngebayarin) turun pakai lift. Aku nunduk aja. Emang nggak suka sih kalau mata ngelantur ke mana aja. Setelah masuk lift, Mamaku tiba-tiba ngomong pake suara agak keras ke arahku.

"Ya Allah, Kak... Ganteng banget, Kak!"

Aku biasa dipanggil pake "kakak" di rumah.

"Kenapa sih, Ma?" sambil mengangkat kepala.

Duh, ya Rabbi 😭
Di depan aku ada . . . lelaki super ganteng tepat berdiri kurang dari satu meter di hadapanku. Sumpah, ganteng banget! 😭. Aku kayaknya sering deh liat cowok cakep, tapi yg ini bener-bener bikin lemes! Hahaha. Terserah deh mau dibilang lebay atau apa pun. Tapi yang jelas, aku belum lupa wajahnya sampe sekarang. Wajah yang sangat-sangat tenang dan menenangkan. Speechless aku tuh ngerti nggak sih, hahaha. Oh ya, di hotelku waktu itu hampir didominasi sama orang Turki. Cewek-cewek ngerti lah ya gimana cakepnya cowok-cowok Turki, dan cewek Turki juga cakep kok. Mereka berseliweran di mana-mana selama aku di hotel, tapi aku biasa aja. Serius, biasa aja. Walaupan dalam hati tetep bilang cakep, hehe, tapi nggak sampe speechless rasanya. Yang ini tuh beda.

Aku nggak bisa membayangkan bagaimana rasanya jadi Zulaikha saat ngeliat dan tinggal bersama dengan Nabi Yusuf 😭. Dan ingat betapa konyolnya aku dulu doa agak maksa ke Allah supaya bisa ngeliat rupa Nabi Yusuf di dalam mimpi. Bisa-bisa bangun dari tidur aku mimisan kali yak saking nggak tahannya, HAHAHA πŸ˜‚. Semenjak ketemu orang itu di lift sampe saat ini, setiap kali aku ngelewatin Surah Yusuf rasanya tuh deg-degan abis, hehehe. Berasanya lagi diperhatiin orang yang super duper guanteng! πŸ™ˆπŸ˜‚. Dan ternyata juga, aku pernah baca curhatan seorang cowok yang insya Allah sholeh, hehe, dia katanya kalau ngelewatin ayat tentang bidadari serasa ada yang berdesir di hati. Uuw, nggak ngerti deh apa yang dia bayangin tentang janji Allah yang satu itu! Semoga semua cowok setiap kali liat cewek cakep bisa kayak dia ya, inget janji Allah tentang bidadari yang jelita bagi yang mampu menundukkan nafsunya. Semoga aku juga, untuk pemuda surga, hehe.

Oke, back to the topic.
Nah, di sinilah letak keherananku. Aku sering tuh liat dia, walaupun dari jauh. Tapi kenapa aku nggak pernah berani ngambil fotonya yah? Seperti ada rasa malas yang tidak terhingga.
"Ah, ngapain sih ngambil fotonya," padahal hp udah di tangan.

Baru sekarang aku mikir: jangan-jangan orang itu malaikat.
Makanya toh aku nggak pernah mau ngambil fotonya. Ditambah ada beberapa kejadian aneh yang dialami teman serombonganku yang kayaknya nggak mungkin dilakuin manusia. Aku inget banget, kita ketemu terus semenjak yang di lift itu sampe hari Jumat, sekitar 2,5 hari. Hahaha. Aku itungin loh. Dia menghilangnya hari Jumat dan nggak pernah muncul lagi sampe aku balik ke Indonesia, huhuhu.

Aku baru sadar sekarang, mungkin Allah mempertemukan aku dengan orang itu supaya aku bisa move on. Itu yang jadi doa aku di sepertiga malam terakhirnya di hari yang sama, lalu pada waktu dhuha Allah menghadirkan orang itu di hadapanku. Lalu menghilangkannya lagi, agar aku tidak terlalu berlebihan, hehehe. Dan agar aku menjadikan doa "Rabbana hablana min azwaajinaa wa dzurriyyaatinaa qurrata a'yun waj-alnaa lilmuttaqiina imamaa" seperti dzikir harian layaknya istighfar, hehee.

Alhamdulillah, sejak saat itu, semua perasaan aku ke seseorang yang bikin aku nggak bisa move on sampe hampir lima tahun bisa hilang sehilang-hilangnya. Seperti tidak berbekas. Tidak berbekas sama sekali. Bagai embun yang menguap jika mentari sudah mulai nampak. Allah Mendengar, Mengabulkan, dan Maha Membolak-balikkan hati. Kun fayakun milik Allah terasa sangat nyata.

Terakhir cerita nih deh. Kejadiannya waktu di Madinah al-Munawwarah. Sebelum ke Mekkah, aku ke Madinah dulu. Waktu itu mau ke Raudhah. Kalau yang belum tau, Raudhah itu tempat di mana yang jadi jarak antara rumah Nabi saw. bersama Aisyah ra. dengan mimbar Nabi di Masjid Nabawi. Raudhah termasuk taman surga dan tempat terijabahnya doa.

Perempuan kalau mau ke Raudhah itu ada waktu khususnya, nggak seperti laki-laki yang 24 jam. Karena cuma di saat tertentu aja, jadinya tuh . . . rameee banget dan pake desek-desekkan buat masuknya. Badanku tuh mungil banget lah dibandingin orang sana 😒. Alhamdulillah bisa masuk. Nangis banget deh 😭. Memori otak tuh kayak keputer random, semua yang berkaitan dengan Rasulullah bikin aku ngerasa kayak di antara ada dan tiada. Kayak lagi di lorong waktu. Terlintas di benak waktu Rasulullah gigi gerahamnya patah waktu Perang Uhud, waktu sujud kepala beliau disiram pake kotoran onta, waktu beliau harus makan daun karena diboikot kaum kafir Quraisy Mekkah, dll, pokoknya banyak deh.

Nah, aku ketemu sama dua perempuan India, yang satu perawakannya besar dan yang satu udah agak tua. Yang udah tua itu kayak usia nenekku, dia meluk aku sambil nangis. Seperti seorang nenek yang udah lamaa banget nggak ketemu cucunya. Aku diciumin diusap dipeluk segala macem lah, dan itu semua dilakuin sambil nangis. Aku terharuu. Aku juga dipeluk sama yang berperawakan besar, lalu kami semua disuruh shalat dan katanya dia yang akan jagain kami selama shalat. Soalnya kalau nggak dijagain bisa keinjek sama orang Arab yang gede-gede😒. Waktu itu aku bareng Mama dan satu orang ibu-ibu, yang lain kepencar. Akhirnya kami shalat ya, selesai shalat aku mau lagi, belum puas doanyaaa. Yaudah aku shalat sekali lagi jadi dapet empat rakaat. Selesai shalat, perempuan India yang berperawakan besar itu baru mau shalat. Oh jadi, dia belum shalat? Wah, masya Allah, jiwa sosialnya tinggi banget di saat kayak gitu masih bisa mentingin orang lain. Gerak aja susah serius deh😒. Yaudah gantian kita jagain. Sebelumnya aku udah bilang makasih. Abis itu kita disuruh keluar karena banyak yang mau masuk lagi, harus gantian. Aku ditarik Mama duluan dan dua orang itu masih di belakang kami. Di pintu keluar Raudhah, udah banyak rombongan kami yang nunggu. Kita duduk di situ lama buat nungguin yang lain juga. Aku pengen bilang makasih sekali lagi sama yang tadi jagain aku. Aku rekam pake hp orang-orang yang keluar. Lumayan lama sih ngerekamnya. Harusnya sih, harusnya, ada dua perempuan India itu di rekamanku soalnya pasti disuruh keluar juga harus gantian. Tapi anehnya kok nggak muncul-muncul juga ya? Waktu aku bahas hal ini lagi di rumah, Kakakku bilang,

"Lu liat kakinya nggak?"
"Heleh mana merhatiin ke situ."
"Jangan-jangan itu malaikat penjaga Raudhah."

Aduh, kok jadi merinding ya😌. Soalnya aku tetep di deket pintu keluar Raudhah itu sampe hampir tengah malem dan nggak ngeliat dua perempuan India itu lagi. Ya Allah.... terus mereka itu siapa?

Pada akhirnya aku mengerti, segala sesuatu terjadi atas izin Allah. Bagi seorang mukmin, sebenarnya mudah mendapatkan apa yang dia mau tuh, tinggal bagaimana caranya ia bisa membuat Allah MAU mengabulkan itu untuk dirinya. Berdoalah. Buatlah Allah senang. Buat Allah ridha. Ceritakan pada-Nya apa pun masalahmu, walau hanya tentang seteguk air yang kaubutuhkan di kala dahaga. Sebab Allah malu jika ada hamba-Nya yang mengangkat tangan untuk berdoa lalu tangan itu kembali tidak membawa apa yang ia minta.

Allah baik banget!

Maafkan aku, ya Allah, jika masih sering meragukan kekuasaan-Mu 😒

Maka berdoalah. Sebab doa itu luar biasa, engkau berbisik di bumi, namun terdengar di langit.

Sumber gambar

Di kota yang katanya lebih jauh dari Pluto,
Bekasi, 18 Juli 2017


Dinda A. Putri

Soul of Safar

Hari itu tanggal 1 Juli 2017. Heboh berita di berbagai media mengenai kedatangan Presiden Amerika Serikat ke-44, Barack Obama. Aku sudah mengetahui itu sebelum kedatangan beliau karena diberitahu seorang teman untuk ikut ke acara Kongres Diaspora RI di Jakarta, tepatnya Kota Kasablanka. Alhamdulillah aku sudah daftar untuk acara konvesi Diaspora. Namun, untuk sesi pembukaan dengan pembicara Barack Obama aku hanya mendapat tiket waiting list yang berarti tidak pasti apakah aku benar-benar ikut atau tidak. Bismillah, paginya aku berangkat juga naik kereta. Sendirian. Maaf, ini tidak sedang menjelaskan betapa jomblonya diriku πŸ˜€. Tadinya ada seorang teman yang mau bareng tapi dia tidak dapat tiket waiting list, jadi katanya ia mau berangkat siang. Aku iyakan saja, sebab sebenarnya aku bukan takut sendirian. Tapi, itu hanya alasan agar aku diberi izin oleh orang tuaku.

Alhamdulillah sampai di sana masih antri. Aku sangat tau resiko ini. Tapi prinsipku satu,
"Kalau ini takdir baik untukku, Allah sangat mampu untuk membuat aku bisa masuk. Bahkan, yang sudah datang pun bisa Allah buat pulang lagi atas alasan apa pun."

Aku tidak peduli harus menunggu seberapa lama pun kalau aku bawa mp3 kesayanganku. Mp3 yang buat satu detik perjalananku menjadi tidak sia-sia. Ya, itu mp3 berisi alquran pemberian kakakku. Aku hanya mampu berdoa. Bukan hanya, itu adalah kekuatan paling besar yang dimiliki seorang hamba.

Oh ya, aku juga dapat banyak teman baru. Aku sendiri bingung dengan diriku. Aku bukan termasuk orang yang mudah bersosialisasi atau mendapat kawan baru dalam waktu singkat. Anehnya ternyata semua begitu mudah. Aku syukuri itu.

Sangat disayangkan, aku tidak mengikuti acara sampai selesai. Karena malamnya ada konser dan aku orang yang tidak terlalu suka dengan hiruk-pikuk keramaian, akhirnya sore harinya aku makan lalu pulang bersama dua orang teman.

Dari beberapa teman yang baru kukenal, tidak seorang pun yang pulangnya searah ke Bekasi. Lagi-lagi aku harus sendiri. Ditambah baterai hp mulai habis padahal nanti harus pesan ojek online. Akhirnya aku matikan total hp agar tidak menyedot baterai terlalu banyak saat tidak dipakai. Aku duduk di gerbong khusus perempuan. Baru saja menempelkan bokong, aku lihat seorang ibu berdiri sambil bola matanya mencari siapa kiranya yang bersedia bertukar posisi dengan dirinya. Aku lihat semua sibuk memainkan ponselnya masing-masing. Tanpa pikir panjang aku panggil ibu itu mempersilakan kursiku. Kulihat matanya berbinar dan senyumnya merekah. Ternyata, itu sudah cukup buat aku merasa lebih bahagia.

Entah kenapa aku memang mudah merasa capek. Aku berdoa semoga dapat kursi karena di sekitarku sudah tidak ada orang tua yang berdiri. Alhamdulillah, tidak lama setelah doa benar-benar dapat kursi. Saat itu terasa sangat nyata keberadaan Allah dan bahwa Dia Maha Mendengar segala isi hati.

Perjalanan ini memang bukan perjalanan panjang ataupun petualangan. Tapi aku percaya, safar mengandung banyak hikmah. Inilah yang menjadi topik terakhirku bersama teman baruku di stasiun waktu itu sebelum kami berpisah mengenai akhlak seseorang pada saat safar.

Ada cerita menarik terkait hal ini tentang Umar.

Suatu hari ketika seseorang memuji kawannya dalam persaksian sebagai orang baik, Umar bertanya padanya,

”Apakah engkau pernah memiliki hubungan dagang atau hutang piutang dengannya, sehingga engkau mengetahui sifat jujur dan amanahnya?”

”Belum...," jawabnya ragu.

"Pernahkah engkau berselisih perkara dan bertengkar hebat dengannya sehingga tahu bahwa dia tidak fajir dalam berbantahan?”

 "Hmm.. belum juga," jawabnya.

”Pernahkah engkau bepergian dengannya selama 10 hari sehingga telah habis kesabarannya untuk berpura-pura lalu kamu mengenali watak-watak aslinya?”

"Itu juga belum," jawabnya.

Umar pun berkata:

"Kalau begitu, pergilah kau, Wahai Hamba Allah! Demi Allah, kau sama sekali tidak mengenalnya!"

Mohon maaf ya kalau kurang cocok sama judul 😁. Dan ini gue kasih foto pas di acara Kongres Diaspora 2017 ya. Silakan cari gue di mana, insya Allah nggak ketemu :)



Bekasi, 4 Juli 2017


Dinda A. Putri

WHAT IS THE DEFINITION OF LOVE?

Bismillah...

Assalamualaikum, Gan en Sis...
Entah kenapa pagi ini gue lagi ingin membahas tentang cinta dari sudut pandang yang berbeda. Tadi gue baru aja dengerin yutub ceramahnya Ust. Hanan Attaki, gimana caranya supaya viral di langit? Jadi selebgram langit gituh. Jawabannya adalah cinta.


Ah, gue mau jalan-jalan dulu. Gak mau langsung to the point. Ketika denger itu, gue langsung inget hadis dari 'Umar.

“Ya Rasulullah”, kata Umar perlahan, “Aku mencintaimu seperti aku mencintai diriku sendiri.”

Rasulullah tersenyum. “Tidak wahai Umar. Engkau harus mencintaiku melebihi cintamu pada diri dan keluargamu.”

“Ya Rasulullah”, kata Umar, “Mulai saat ini engkau lebih kucintai daripada apapun di dunia ini.”

“Nah, begitulah wahai Umar.”

Pertama kali baca hadis ini, respon gue, "Secepat itukah? Semudah itukah menata hati dan mengarahkan cinta?"

Hadis yang menurut gue serupa gue dengerin barusan di ceramah.

Dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu dari Nabi Shalallahu ‘alaihi wa sallam bersabda, "Apabila Allah mencintai hamba, maka Jibril memanggil,
"Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia." Maka Jibril pun mencintainya. Lalu Jibril memanggil penghuni langit, "Sesungguhnya Allah mencintai Fulan, maka cintailah ia." Maka penghuni langit pun mencintainya, kemudian di bumi ia menjadi orang yang diterima." (Hadits ditakhrij oleh Bukhari). 

Lah, ini juga gampang bener ya Jibril tuh buat cinta? Jadi muncullah pertanyaan lama yang pengen gue kubur dalem-dalem itu muncul lagi.

"WHAT IS LOVE?"

Apa itu cinta? Ketika makhluk-makhluk pilihan Allah sebegitu mudahnya menata hati dan mengubah cinta.

Setelah gue telusuri dan pikirkan dalam-dalam, ternyata jawabannya sangat sederhana. Gue berkaca ke diri gue sendiri, sebenarnya bagaimana selama ini gue ketika mencintai sesuatu? So, ini jawaban gue, mungkin sangat subjektif tapi bodo amat inilah jawaban gue.

"Cinta itu mencintai yang dicintai sang kecintaan."

Oke, ribet ya bahasa gue? Selama ini tuh diri gue ketika cinta atau suka sama sesuatu, gue selalu excited sama segala sesuatu yang doi suka. Hahaha.

Contoh simpelnya, gue gak suka olahraga. Tapi doi gue tuh suka banget olahraga. Hampir semua jenis olahraga dia suka. Terus ya, dia juga suka banget pake brand Nike.


(untuk pihak Nike, segera transfer jasa endorse-nya ya) #DindaSehatKok

Yoii, dia suka banget tuh pake brand Nike. Sepatu, jaket, kaos, dsb dsb. Banyak dah. Heleh sampe gue baper sendiri ke Nike. Tadinya gue masih bingung pilih #TimNike atau #TimAdidas HAHAHA. Sejak gue kesemsem sama dia, gue memutuskan pilih #TimNike.

Waktu gue, nyokap, kakak, dan adek gue ke SMB aje, gue baper banget liat logo Nike yang kayak gini ✔ HAHAHA. Liat logonya aja baper loh. Oke gue gapapa :")

Nah sampe situ aja gue ceritanya. Jadi cinta tuh mencintai yang dicintai sang kecintaaan. Dia suka, gue juga suka. Dia benci, gue juga bisa benci. Semua gue pandang pake relativitas dia. Kalo ada yang benci dia, gue gak peduli alias bodo amat. Kalo ada yang suka dia, kita bisa seru-seruan bareng ngomongin doi. Ahahahaha.

Back to Umar and Jibril. Kalo udah begini liatnya jadi simpel banget kan?

Umar mencintai Rasulullah melebihi cintanya pada dirinya sendiri. Misal ketika Rasulullah cinta sama sesuatu, otomatis tuh (gak pake upgrade lagi) Umar juga langsung cinta juga, walaupun mungkin sebelumnya Umar b aja sama sesuatu itu.

Jibril juga neh. Awalnya kan si Fulan itu melakukan segala sesuatu yg Allah cintai dan meninggalkan segala yang Allah benci hingga Allah mencintainya. Ketika Allah sudah mencintainya, Allah menyuruh Jibril mencintai si Fulan. Jibril langsung nurut dong, wong malaikat mah gak banyak membantah kayak manusia, argumen/debat doang digedein, amal mah seadanya. Sedih gue 😒. Nah, Jibril kan langsung cinta tuh. Setelah itu Jibril ngomongin tentang si Fulan yang dicintai Allah ke geng-nya macem Mikail, Izrail, Israfil dll, malaikat-malaikat utama. Akhirnya seluruh anggota geng Jibril mencintai si Fulan. Nyebar lagi tuh dari seluruh anggota geng Jibril ke seluruh penghuni langit, bahwa Allah mencintai si Fulan. Dan seluruh penghuni langit pun mencintainya.

Waduh, kalo gini caranya kan jadi viral deh si Fulan itu di langit? Jadi selebgram dong di langit ya?

Yaa begitulah. . . Cinta itu mencintai yang dicintai sang kecintaan dan memandang segala sesuatu dari sudut pandang si dia.

Mari berdoa seperti doanya Nabi Daud 'alaihissalam.
Ya Allah, sesungguhnya aku memohon kepada-Mu cinta-Mu,
dan cinta orang-orang yang mencintai-Mu,
dan aku memohon kepada-Mu perbuatan yang dapat mengantarkanku kepada cinta-Mu.

Aamiin Allahumma Aamiin

Btw, gue ambil gambar-gambar di atas dari pinterest dan we heart it :)

Bekasi, 8 Juni 2017


Dinda A. Putri

Topeng Si Bandel Kesayangan



Mengingat kata "topeng" gue cuma bisa tertawa geli. Pasalnya adek gue, Gilang, sedang demam main hacker-hackeran sejak virus WannaCry kemarin yang rame banget diomongin. Hahaha. Denger kata "hacker" gue langsung inget film Jerman yang judulnya "Who Am I" yang gue tonton waktu pelajaran Bahasa Indonesia kelas 12 karena kita bosan. Fix, jangan ditiru. Gue dan Kakak gue kasih liat film itu ke Gilang. Walhasil, dia jadi gila. Parahnya, nggak lebih dari seminggu yang lalu,

Gilang udah nonton ulang film itu sampe 12 kali.

WKWKWKWK.

Buset dah. Adek gue kalo kebawa arus gitu amat yakπŸ˜‚. Semua tingkah lakunya sekarang macem hacker aja. Sampe beli topeng yang mirip Clay. Puluhan ribu direlain padahal kalo disuruh sedekah susahnya minta ampun. Mungkin dia belum dapet hidayah. Kalo udah, bisa jadi dia lebih gila sedekahnya dari semua orang di rumah ini. Hahaha.

"Plis lu punya duit beli yang berfaedah dikit kek" komentar gue
"Ntar gua pake jaket terus pake topengnya. Foto dah!"
"Liat aja besok mama buang topengnya!" HAHAHA
Mama yang transfer tapi kok Mama yang buang sih. Sa ae ah si Mama 😘

Intinya, dia tuh gampang banget kebawa arus. Gampang suka sama sesuatu yang menurut dia keren. Gue banget nih.

Eh btw, pernah loh Gilang tuh kecanduan main. Emang dari dulu sih dia doyan mainπŸ˜‚. Dia bisa anggap main tuh lebih berharga dari emas tau gak ahahaha. Waktu awal-awal diajak umroh aja dia gak mau karena katanya waktu main dia bakalan berkurang. Padahal itu umroh udah gratis alias dibayarin orang. Kita udah pasrah Gilang gak bakalan ikut, sampe H-seminggu keberangkatan, alhamdulillah dia dapat hidayah (read: berubah pikiran). Diurus deh tuh segala keperluannya dan berangkat juga. Emang Allah yang Maha Membolak-balikkan hati ya, sekarang dia malah kecanduan mau balik lagi. Anggep Indonesia gak seasik di sana lah, apa lah. Bahkan, dia minta dibeliin gamis buat cowok. HAHAHA mimpi apa gue bakalan liat Gilang minta pake gamis. Biasanya mah, celana abu-abu buat dia SMA aja udah dikecilin sendiri tanpa sepengetahuan Mama. Alay emang. Mungkin sedang masa pencarian jati diri ahahha. Doakan saja.

Pernah abis pulang umrah gue bilang punya cita-cita.
"Pokoknya gue harus jadi orang kaya, biar bisa berangkat umrah/haji minimal satu tahun sekali. Minimal banget." 
"Gua bakal bisa sehari sekali!!!" jawab Gilang.
"Heleh gimana caranya sehari sekali?! Gak pulang-pulang dong lu?"
"Bodo gua harus ngelebihin lu dalam hal apa pun."
Bagus juga sih dream-nya, tapi jawabannya bikin gue kzl. Hahaha.

Ini beberapa percakapan gak penting gue kalo lagi sama dia. Gak penting tapi cukup bisa menghilangkan stres karena banyak pikiran yang gak bisa gue ceritain ke siapapun. Gue pakenya gue-lo karena emang udah biasa aja wkwk.
"Kak lu mesti tau, sebenarnya gua yang bikin virus WannaCry itu. HAHAHA."
"Bodo lang bodo."
"Kenapa sih nama lu mesti dinda?! Mending gak usah punya nama gua mah" (nada bicara sangat mengejek)
"Daripada lu, gilang itu singkatan dari: orang gila dan ilang"
"Elah iya ya!" lalu teriak ke Mama "Nama iyang kok jelek sih mah?!"
"HAHAHHAHA" gue ngakak karena merasa menang
"Kenapa sih keluarga kita gak ada yang namanya Muhammad? Coba nama gua Muhammad Gilang, keren kali ya."

Hingga suatu hari gue bisa menemukan instagram gilang tanpa sengaja, liat namanya di sana "Muhammad Gilang".

Anjir gue ngakak guling-gulingan. Bener-bener dia ganti sendiri namanya WKWKWK.

Udah ah segitu aja ceritanya. Bye.



Bekasi, 2 Juni 2016


Dinda A. Putri

Welcome to My First Post!

Halo!
Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh..



Alhamdulillah...
Welcome to my new blog!!!! πŸŽ‡πŸ˜ƒπŸ˜
Boleh kali ya kenalan dulu. Nama lengkap gue Dinda Aulia Putri. Biasa dipanggil Dinda. Orang-orang sering bilang nama gue superrr pasaran! Oke, gue akui itu. Sering banget gue ketemu sama orang yang namanya Dinda juga. Biasa lah yaaa. Tapi gue pernah terkaget-kaget karena gue ketemu sama orang yang nama lengkapnya Aulia Dinda Putri. HAHAHA antara mau ketawa atau nangis 😌. Ucet dah, cuma dituker doang itu nama depan sama nama tengah, plis deh. Gue juga temenan sama si Aulia Dinda Putri itu di Instagram, seriiing banget orang-orang tuh salah mention, salah ngetag juga! Bodo amat ah, lagian gue jarang on di instagram yang onoh wkwkwk.

Btw, akhirnya gue udah punya "rumah" baru nih untuk memposting tulisan-tulisan nggak penting gue. Ya gue anggepnya nggak penting sih karena isinya cuma curhat hehehe. Kalau ada yang anggepnya bermanfaat sih gue bersyukur. Intinya sih, gue mau membiasakan diri aja untuk nulis (alias ngetik) di sini karena my nokia sudah mulai menua, hahaha. Itu hape dari jaman gue es-em-pe. Dan poin penting tambahan lainnya adalaaaah... gue mau mulai berani memposting tulisan gue. Gue mau jadi penulis, tapi posting tulisan sendiri aja malunya minta ampun wkwk.

Kebiasaan gue ketika posting sesuatu di blog adalah, sering gue delete di kemudian hari karena melihat betapa sampahnya tulisan gue hahaha. Kebiasaan itu pengen banget gue ilangin karena kalau begitu terus kapan bisa keisi ini blog?πŸ˜‚. Biarin aja gitu ya, biar jadi kenangan tersendiri bahwa dulu tuh gue pernah bersikap alaaay banget wkwkwk. Bakalan lucu sendiri kayaknya deh waktu ngestalk jaman alay macem gue stalking facebook gue yang duluuu banget. Itu alaynya minta ampun dah, sumfeh! Untungnya gue udah kunci semua jadinya cuma gue yang bisa liat 😁.

Seiring berjalannya waktu mungkin gue akan menemukan sendiri, mau gue apakan blog ini. Bisa jadi nanti banyak netizen (buset bahasanya 'netizen' πŸ˜‚) yang meminta gue menuliskan kisah sukses gue. HAHAHAHHA bodo amat gue doa dulu aja ye. Ini bukan ngayal namanya, tapi doa. Asal dibicarain lagi aja ke Allah. Oke?

Nah, terakhir gue cuma mau menyampaikan, mungkin beberapa postingan ke depan isinya itu berasal dari blog lama gue yang gue import ke sini atau bisa juga dari diary gue. Tanggal pertama kali tulisan itu dibuat tetep gue masukin. Yang artinya akan berbeda dengan tanggal tulisan itu diposting di blog ini.

So, itu aja yang mau gue sampein di postingan pertama gue ini. See you next time, insha Allah :)

Source pict here

Bekasi, 22 Juli 2017


Dinda A. Putri