Search

Your Value Matters


Ceritanya gue lagi ikut seminar di salah satu sudut kota Jakarta, terus seorang mba-mba di sebelah gue ngomong ke gue,
"Aku nggak suka ah sama materinya. Nggak banget!" (maksudnya beda sama value dia)
"Tapi kan ada yang bagus?"
"Iya sih ada, tapi tetep nggak suka!" [muka sebel]
"Yaudah difilter aja atuuh. Kan udah gede."

Atau pulang aja lah sana.

Tapi nggak sampe hati ngomongnya, wkwk.

Orang tuh kenapa ya, misalkan dia udah nggak suka sama seseorang/suatu hal, segala sesuatu yang ada pada seseorang/hal itu otomatis jadi buruk?

Gue juga kadang tanpa sadar masih begini sih wkwkwk. Tapi bukan ke informasi, lebih ke manusia.

Padahal mah kalo kita tau VALUE kita di mana, orang mau jungkir balik kayak gimanapun buat mempengaruhi kita, itu nggak akan berpengaruh besar sampe "mengubah" total diri kita.

Di jaman yang semua informasi kayak nggak ada batas, punya VALUE itu penting. VALUE yang jadi filter diri kita.

Orang bisa bebas berpendapat apa aja. Bisa bebas berbuat apa aja. Tapi yang nentuin kita mau terpengaruh atau enggak, ya cuma diri kita sendiri.

Bukan teman. Bukan sahabat. Bukan guru/dosen. Bukan gebetan. Bukan pacar. Bukan selingkuhan. Bukan gubernur. Juga bukan Jokowi.

Dah ah capek mau main sama semut rangrang dulu.

Note: Diary tahun lalu. Karena lama nggak update blog ini aja hehe.

Bekasi, 3 Mei 2019

Pict: unsplash

2020

Banyak hal mengejutkan yang terjadi di tahun 2020 ini. Mulai dari WW3 outbreak USA vs Iran di bulan Januari, Australia wildfires di bulan Februari, pandemi Covid-19 masuk Indonesia di bulan Maret entah berakhir sampai kapan. Segala aktivitas di-switch jadi WFH (Work From Home), termasuk kuliah gue.

Efek samping dari pandemi Covid-19 juga berpengaruh dong ke ekonomi. Kayak ramalan para analist saham beberapa tahun sebelumnya, bahwa di tahun 2020 ini akan ada resesi ekonomi. And, BOOM!

IHSG terjun payung, pusing banget gue liat bursa. Nilai rupiah atas dollar sampe 17,000 cuy. Serem asli. Pengusaha banyak yang kewalahan karena Covid-19 bener-bener hampir melumpuhkan roda ekonomi. Yang nggak cepet-cepet punya inovasi, mati dah mati. Yang buka toko/resto, biaya sewa & operasionalnya gimana sedangkan pemasukan pasti menurun karena orang-orang pada karantina di rumah masing-masing. Belum lagi mikirin pajak, gaji karyawan, THR, dst.

Aduh, gue jadi yakin jiwa pengusaha itu bukan untuk semua orang. Tidak semua orang punya mental yang cukup kuat menghadapi situasi kayak gini. Setiap orang ada porsinya masing-masing. Nggak ada yang lebih baik atau lebih buruk antara pengusaha maupun karyawan, keduanya sama-sama saling melengkapi. Narasi-narasi yang terlalu mendewakan pengusaha, maaf itu sudah basi menurut gue.

Cukup deh ngomongin kacaunya tahun 2020.

Di sisi lain, jiwa introvert gue bener-bener bahagia dengan situasi kayak gini. Banyak hal yang selama ini ketunda karena kesibukan kuliah, jadi bisa gue kerjain sekarang! It's my time to shineeee, xixi. Udah sebulan karantina gue belum merasakan gabut yang sebenar-benarnya gabut. Malah banyak banget kayaknya yang mesti gue kerjain tuh, mau nonton drakor aja ketunda mulu, hehe.

Gue bahagia dan bangga sekali jadi introvert yang walau energi abis banget kalo abis ketemu orang-orang, di situasi kayak gini yang mesti sendiri tuh kita bisa survive & happy at the same time! ❤️

Gue mau tutup catatan ini dengan quote (nemu di twitter tapi lupa siapa yang nulis, terlanjur hapal karena bagus hehe):
"First time in history, we can save the humanity by doing nothing and lying in front of TV. So don't fuck it up!"

Bekasi, 10 April 2020
00.19

Dinda,
Kaum rebahan penyelamat dunia.

Gue mau ngedokumentasiin beberapa foto yang menggambarkan 2020 ini. Beberapa ada yang lupa sumbernya dari mana karena asal comot aja dari Twitter. So sorry buat siapapun fotografernya. :')

Me as an introvert:
Para pekerja lain :(