Search

Kekayaan Tukang Becak


Gue ngambil foto ini waktu di Stasiun Juanda, sambil nunggu taksi online yang lagi otw. Setelah diperhatikan lebih dalam, gue sempet bertanya-tanya, gimana yah nasib tukang bajaj aka bajay di jaman yang serba modern ini? Pasti mereka banyak kehilangan customer karena orang kebanyakan bakal lebih milih naik taksi online, yang suaranya nggak berisik dan nggak pula panas-panasan.

Di saat mikirin itu, tiba-tiba gue teringat cerita yang pernah gue baca, tentang seorang tukang becak di Surabaya. Gue tulis seinget gue aja soalnya nggak ngecek bukunya lagi.

Ceritanya ada seorang Bapak Tukang Becak punya anak-anak yang hidupnya udah sukses di Jakarta. Si anak sering ngajak si Bapak supaya tinggal bareng mereka di Jakarta, juga biar si Bapak nggak usah narik becak lagi di usianya yang udah semakin senja.

Tapi, si Bapak Tukang becak itu nolak tawaran sang anak. Kenapa? Karena katanya dia mau bantu orang. Caranya dengan jasa menarik becak itu. Jadi, orang yang naik becak beliau boleh bayar berapa aja. Seribu rupiah pun akan diterima, tanpa protes. Uang hasil usahanya cukup untuk membiayai kehidupannya dan sang istri. Jadilah ia tetap nggak mau menerima tawaran anaknya.

Lucu ya, kadang kita menganggap orang lain kekurangan, padahal bisa jadi orang itu punya hati yang jauh lebih kaya daripada kita.

Bekasi, 7 Agustus 2018
22:00

Dinda Aulia Putri